On Playing
Taylor Swifth - Shake it off
༺♥༻
Halo, Pren.
Selamat datang lagi!
Gimana bab sebelumnya? Kuharap kalian suka bab kali ini, ya. Untuk adegan waktu ulangan nggak aku masukin, toh, buat apa. Ulangan Mita cuman diisi belajar sama insecure doang. Ngelamunin nilai tapi nggak ada usaha. Uhuk! Nyindir kamu. Mff, Pren.Selamat membaca.
“Merekahkan senyum lebar, tawa yang menggelegar, hati yang berbunga-bunga. Hal itu cukupkah menjadi alasan bahwa aku bahagia dan bebas?”
Mita Alesha Putri
Tak terasa, waktu bergulir begitu cepat. Siang dan malam bergilir menyajikan gemintang dari pemilik cahaya di tata surya. Angin menderu, meniup helai rambut gadis yang sedang termenung di tempat ia menimba ilmu.
Satu minggu telah berlalu, penilaian tengah semester gasal telah selesai. Akhirnya, Senin ini, mereka semua mampu melepas beban sementara tentang beratnya materi yang bersemayam di otak. Seminggu yang hanya dipenuhi belajar, belajar, dan belajar di tiap jamnya, bergelut dengan huruf serta angka yang akan mereka torehkan di atas lembar putih yang pada nantinya diisi tinta merah.
Classmeet hari pertama begitu ramai. Sorak-sorai menggelegar dari para gadis ketika melihat anak laki-laki dari kelas XII IPS 1 dan XI IPS 4 sedang bertanding bola. Beberapa menit lagi permainan harus berakhir, diganti pertandingan anak laki-laki kelas XI IPS 2 dan kelas XI IPS 3.
Di antara ramai penonton, seorang gadis dengan rambut yang dikucir seperti ekor kuda hanya diam. Ia tidak memberikan respons apa pun, entah itu teriak, semangat, atau apa saja. Mita merasa tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Kelas XI IPS 2 akan bertanding melawan XI IPS 3, itu cukup mengganggu. Pasalnya, di kelas IPS 3 ada Fero. Entah mengapa setiap sesuatu yang berhubungan dengan lelaki itu, hati Mita selalu tidak tenang, seolah lukanya kembali dibuka.
“Mit, bentar lagi kelas kita main, woi!” Lena berseru keras di antara teriakan penonton lain ketika kakak kelas mereka memenangkan pertandingan.
Lamunan Mita membuyar, sesuatu di dadanya berhamburan. Ketika lapangan mulai diisi oleh kelas yang lain, satu titik fokus Mita hanyalah Fero dan rambutnya yang hitam pekat, tampak berkilau ketika terkena sinar matahari.
Lelaki itu mendekat ke arah penonton, kemudian melempar senyum ke salah satu gadis. Tak lain dan tak bukan, itu adalah Tisa. Penonton dibuat heboh dengan perlakuan itu, memang sudah banyak yang tahu tentang hubungan ‘bucin’ mereka.
Mita merasakan gejolak panas dan sakit di dada. Awalnya Mita beranggapan bahwa ia tidak mau memiliki hubungan alay seperti itu. Namun, pada akhirnya hati gadis itu yang menyangkal telak. Ia iri, seharusnya ia yang di posisi itu. Dicintai, disayangi, dan dihargai. Itu adalah mimpi Mita saat bersama Fero. Namun, pada akhirnya, ia hanya mampu menelan kenyataan pahit bahwa ia adalah seorang antagonis di cerita Fero dan Tisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agmission
Teen Fiction༺Agmission༻ -𝓓𝓾𝓪 𝓐𝓽𝓶𝓪 𝓟𝓮𝓶𝓫𝓮𝓷𝓬𝓲 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪- "Mengenal diri sendiri aja susah, apalagi orang lain, 'kan?" Mita, gadis yang memiliki self esteem rendah ingin mencoba mengenal dirinya sendiri. Dibantu dengan wish in bottle pemberian...