• 18. Confession •

32 10 0
                                    

Now Playing
Tiara Andini-Janji Setia

Selamat menikmati sebuah kisah yang indah. Di mana fase ini ialah terbukanya rasa di antara dua atma yang melebur, tetapi menyangkalnya untuk mendapatkan waktu yang tepat.

 Di mana fase ini ialah terbukanya rasa di antara dua atma yang melebur, tetapi menyangkalnya untuk mendapatkan waktu yang tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tangan kita saling menggenggam, lantas melangitkan harapan yang sama. Maka, biarlah rasa ini menjadi sementara, karena mustahil untuk menjadi amerta."
Agmission






Kanvas gelap semesta telah menelan bumi bulat-bulat. Di atas tanah yang dipijak oleh ratusan orang di daerah Semarang, dua remaja sedang mencoba membuka hati dan kisah mereka. Ditemani gemintang yang bersembunyi di celah awan kelam, pula dengan rembulan yang bersinar.

Agil menuntun gadisnya untuk menaiki pijakan kora-kora. Tangannya menggenngam oergelangan tangan Mita, matanya sangat fokus kepada kaki si gadis. "Hati-hati, nggak usah takut jatuh."

Mita dan Agil duduk berhadapan. Pandangan mereka bersemu, lucunya, karena hal itu mereka sama-sama tersipu dan bersemu. Kekehan keluar dari kulut mereka berdua. Entah apa lucunya.

"Rasanya kayak waktu manjat di pohon waktu itu," tutur Mita yang membuat Agil tersenyum.

"Iya. Tapi, kora-kora ini bakal lebih tinggi. Inget, Mit! Kalau udah mulai naik dan kamu ngerasa takut nggak usah lihat bawah," peringat lelaki itu dengan wajah serius.

"Terus lihat ke mana?"

"Di depanmu. Yaitu aku."

Mita menjadi salah tingkah, ia menahan senyum yang akan melebar, membuat raut wajahnya menjadi lucu. "Sejak kapan bocah sok asik jadi tukang gombal?"

Agil tergelak mendapat pertanyaan tersebut. Ia masih sangat ingat ketika ia merasa rendah ketika Mita memakinya dengan kata sok asik.

Agil menyetabilkan gelak tawanya. "Terus, sejak kapan Mita Alesha yang dikenal dingin dan sinis bisa sehangat ini?"

"Sejak mengenalmu." Jawaban yang refleks membuat Agil membelalak. Mita menanggapinya dengan serius dan jujur.

Mereka berdua hanya diam dan membuang muka akibat rona merah dari masing-masing. Jantung yang memacu cepat membuat afeksi di perasaan mencuat dan membuat semuanya buyar.

Ketika membuang muka, Mita malah melihat jika kora-kora sudah perlahan-lahan menaikkan mereka. Gadis itu memejamkan mata.

Tanpa diduga, seluruh listrik padam. Hal itu tentu membuat goncangan yang membuat panik semua orang. Terlebih lagi Mita. Setelah menubruk Agil dan melihat kondisi, ia kalap. Bagaimana tidak? Jika kamu ditempatkan pada posisi tertinggi dan wahana itu berhenti, apa yang kamu rasakan? Hal itu terjadi pada Mita dan Agil sekarang.

Agmission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang