Now Playing
Taylor Swift-CardiganSelamat datang kembali, Pren! Inilah lembaran baru Mita. Semoga suka
"Semesta memang begitu jahat ketika membiarkan makhluk yang mencintanya terpuruk lara. Namun, percayalah, ada aksara yang digaris Tuhan dan kita hanya bisa menerimanya."
Semarak pagi, matahari mulai mengintip dari arah timur dan menyinari bumi. Burung berkicauan menjadi iringan suara ketika pagi menyapa kala itu.
Pagi ini berbeda, benar-benar hari yang begitu aneh. Di meja makan, mereka semua lengkap beradu pandang tanpa sepatah kata yang terdengar. Hanya bergeming sementara sembari menatap makanan yang ada di hadapan. Belum ada yang memulai pembicaraan, semua masih fokus malu-malu dan merasa gengsi. Terlebih Mita, gadis yang tadi malam mengubah keluarganya kini juga turut berdiam diri. Tangannya masih diperban, mungkin ... akan ditutupi jaket hingga lukanya benar-benar hilang.
Karena hening dan tidak ada yang membuka suara, Ibu memecah keheningan. "Kok, nggak ada yang makan? Ibu ambilin? Mita mau pake apa?"
Mita menggeleng, enggak, Bu. Minta mau ambil sendiri. Tangan Mita tergerak, tetapi Ibu menahannya.
"Nggak, Ibu yang ambilin." Ibu mengambil nasi dan lauk pauk untuk semuanya, kemudian keheningan mengudara dan hanya diisi oleh suara denting sendok yang beradu ketika terkena piring.
Selepas makan, mereka semua hanya diam. Ibu yang selalu mencairkan suasana tersenyum dan meraih tangan Mita yang diperban. "Gimana, Mit?"
Mita mengernyit. "Gimana apanya, Bu?" Gadis itu takut ditanya nilai atau apa pun.
Tak seperti yang Mita pikirkan, Ibu mengulas senyum tipis dan mengelus punggung tangannya lembut. "Makanannya. Juga ... udah mendingan belum?"
Mita membalas senyum. "Lumayan, Bu. Makasih."
Ibu mengangguk. Kemudian menghampiri gadis itu dan memeluknya. "Ah, anak Ibu ternyata dah besar. Dah jadi anak cantik dan mandiri." Wanita paruh baya mengenakan baju rapi itu mengelus punggung Mita.
Kak Aldino turut serta dalam pelukan itu. Ayah yang awalnya ragu menjadi tergerak, kemudian memeluk semua anggota keluarganya. Ia seolah menjadi perisai bagi mereka, kemudian Ibu yang memberi kelenbutan, Kakak yang melindungi dan Mita ... yang mencoba sembuh dari rapuhnya.
Ibu berbisik, "Kita sembuh sama-sama, ya!"
Mita menangis, lagi. Matanya yang sembab di pagi ini harus terpaksa tambah bengkak lagi akibat kasih yang penuh ia dapatkan kala ia akan berangkat ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agmission
Teen Fiction༺Agmission༻ -𝓓𝓾𝓪 𝓐𝓽𝓶𝓪 𝓟𝓮𝓶𝓫𝓮𝓷𝓬𝓲 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪- "Mengenal diri sendiri aja susah, apalagi orang lain, 'kan?" Mita, gadis yang memiliki self esteem rendah ingin mencoba mengenal dirinya sendiri. Dibantu dengan wish in bottle pemberian...