• 15. Jangan Memiliki Rasa •

31 8 0
                                    

Now Playing
Wave To Earth-Calla

"Ternyata benar kata orang-orang, jangan menyukai orang yang belum selesai dengan masa lalunya."
Agil Mahesa Pratama



Siang menemukan porosnya, entah mengapa tiba-tiba waktu terasa berjalan begitu lambat pada angka pertengahan sebelas menuju dua belas. Jam kosong di kelas XI IPS 2 adalah hal yang dibenci Mita. Bagaimana tidak? Ketika orang lain mondar-mandir ke sana kemari, lantas bercakap ria dengan pembahasan acak, Mita tetap duduk diam sembari termenung berkonflik dengan pikirannya sendiri. Dipastikan, ia sudah kurang waras.

Kursi kosong yang berada di sampingnya menjadi teman satu-satunya. Bagaimana dengan pemilik bangku tersebut? Tentu saja, Lena yang digadang-gadang sebagai tomboi-nya IPS 2 pasti sedang keluyuran ke luar.

Agil yang melihat Mita sendirian sembari membenamkan wajah di antara lipatan tangan, lantas menengok kepada tembok kosong berdalih menghampiri gadis itu.

Agil datang tanpa aba-aba, mengejutkan Mita yang melamun tidak jelas di sana. "Hei, jangan ngelamun, Mit."

Mita menegakkan tubuh dari posisi sebelumnya. Agil benar-benar mengganggu kegiatan tidak bergunanya. "Ngapain ke sini?"

Agil bergumam seraya merotasikan arah pandangnya ke langit-langit kelas seperti sedang berpikir. "Nggak salah, kan, deketin kamu. Lagian ... katanya aku gebetanmu. Kamu sendiri yang bilang minggu lalu."

Mita berdecak sembari melipat kedua tangan di depan dada. "Kita cuman temen."

Wajah Agil terasa kaku untuk tersenyum. Oh, ternyata memang tidak bisa. Lelaki muda itu sedang terjebak di zona pertemanan dengan Mita. "Iya."

Agil mengedarkan pandangan, mencari penunjuk waktu sebelum berdialog lagi dengan Mita. "Mit," panggilnya.

"Apa? Kalau ngomong nggak usah Mat-Mit, Mat-Mit, to the point!"

"Iya, iya, badak galak."

Mita mengernyit. "Apa?"

"Enggak," ucap Agil sembari terkekeh, menggeleng untuk menyangkal ucapannya sendiri tadi.

"Kamu tadi bilang badak galak?" tuduh Mita yang ditanggapi embusan napas lelah dari Agil.

"Katanya suruh to the point kalau ngomong, tapi, kok ...."

Belum selesai berucap, Mita menyela. "Ck, dasar bocah sok asik. Udah kenal deket malah gangguin."

Agil mengikik, membuat seluruh atensi murid di sana beralih dan menatap kedekatan mereka berdua.

Mita mencubit paha Agil, membuat sang empu mengaduh kesakitan. "Diem, dilihatin sama sekelas. Malu!" bisik gadis itu.

Agil berdiri, menarik tangan Mita dan kemudian mengajaknya ke luar.

Agmission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang