"Kamu adalah kenangan lama yang indah, tak terlupakan walau menyakitkan. Biarkan waktu dari semesta yang menghapus segala sakitnya, karena aku tidak tahu pasti bagaimana cara melupa."
-Mita Alesha Putri-
༺♥༻Mita mengayuh sepeda sejauh 455 meter dari rumah untuk bersantai di Grand Maerakaca, Semarang. Taman ikonik dari ibukota Jawa Tengah itu tidak terlalu ramai di hari Minggu ini, mungkin karena besok pelaksanaan penilaian tengah semester serentak membuat para remaja yang biasanya meramaikan taman mini tersebut memilih untuk beristirahat ataupun belajar di rumah.
Mengenakan model pakaian yang kasual—jin hitam dan kaus abu-abu—Mita menyusuri taman itu untuk mengisi waktu luangnya karena merasa suntuk di rumah. Mencari udara segar bukan masalah besar, kan? Lagi pula, Mita sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, dari tugas sekolah maupun bersih-bersih rumah. Kak Aldino ada di rumah, bermain gim online setelah lelah belajar. Karena itu, Mita bebas ingin ke mana saja.
Gadis pemilik kucir ekor kuda itu berhenti di depan gerobak es krim.
"Beli satu, ya, Pak."
Dua suara berbeda, tetapi satu tujuan yang sama. Mita menengok ke orang yang menyamai ucapannya. Dalam sekejap, raut wajah Mita yang awalnya biasa saja menjadi mencekam. Giginya bergemeletuk, sementara tangan mencengkeram paha dengan kuat. Mereka berdua beradu pandang, senyap dan hening. Lelaki dengan tatapan mata yang teduh itu meruntuhkan ketenangan yang sedang ia cari.
Tukang es krim itu sudah siap dengan dua pesanan mereka di genggaman. "Dek, ini es krimnya."
Adu pandang antar dua sejoli itu membuyar. Mereka salah tingkah, lekas menerima es krim itu dan membayar.
Ketika Mita akan mengayuh sepeda merah mudanya, lelaki itu membuka suara. "Dari mana, Mit?"
Mita membeku. Tubuhnya ia paksa bergerak, tetapi jantung yang memacu cepat menghentikan respons seluruh alat gerak tubuh miliknya. Ia hanya bisa memutar kepala, kemudian menjawab, "Dari rumah."
"Mau ngapain?"
Persetan! Ia ingin mengakhiri percakapan ini sekarang. "Ngadem. Emangnya kenapa? Kamu sendiri ngapain? Sok asik banget."
Lelaki itu tertegun.
Dari arah lain, seorang gadis dengan rambut terurai mendatangi mereka. Gadis yang mengenakan dress putih itu memiliki aura yang tampak berbeda jauh dengan Mita--walau tinggi badan mereka tampak sama. "Kak Fero, aku tadi beli permen kapas buat Kakak. Kakak beli apa?" tanyanya dengan penuh semangat.
Mita terperanjat. Mengapa harus mereka berdua yang datang mengganggu acara mingguannya?
Laki-laki yang sedari tadi berbicara dengan Mita adalah Fero. Fero Ar-Ruhul. "Aku beli es krim, Tis. Makasih permen kapasnya," kata Fero seraya mengelus pucuk kepala si gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agmission
Teen Fiction༺Agmission༻ -𝓓𝓾𝓪 𝓐𝓽𝓶𝓪 𝓟𝓮𝓶𝓫𝓮𝓷𝓬𝓲 𝓢𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪- "Mengenal diri sendiri aja susah, apalagi orang lain, 'kan?" Mita, gadis yang memiliki self esteem rendah ingin mencoba mengenal dirinya sendiri. Dibantu dengan wish in bottle pemberian...