• 6. Location Unknown •

68 12 1
                                    

On playing
Honne ft. Beka - Location Unknown

Yuhu, Pren.
Kembali lagi bersama Kana.
Jangan lupa dukungannya, ya. Komen perparagraf!
Selamat membaca.

"Tempat tak dikenal, tempat kita bersama memulai mimpi dan mengalahkan takdir semesta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tempat tak dikenal, tempat kita bersama memulai mimpi dan mengalahkan takdir semesta."
༺Agmission༻






"Ayo, Mit!" Agil menapaki tangga dari papan kayu yang tertancap di batang pohon besar itu. "Nggak apa, ini kokoh, kok. Sekalian ngadem, Mit," sambung Agil seraya mengulurkan tangannya kepada Mita.

Mita mengerjap menyadarkan diri. Ia ragu menapak tiap undakan tangga dari kayu yang menancap di batang pohon tebal itu. Dengan penuh keraguan, Mita mulai memanjat, kakinya menginjak tiap pijakan kayu yang tertancap di pohon tersebut. Sedikit sulit sebenarnya, tetapi hal itu terbayar saat semilir angin sejuk mendadak menerpa wajah yang sedikit basah oleh jejak air mata.

Agil memandang kota Semarang dari jauh, membuat Mita ikut mengalihkan atensi mengikuti arah pandang sosok disampingnya. "Cantik, 'kan?" Agil membuka topik pembicaraan.

"Hm." Mita hanya bergumam menanggapi. "Sejak kapan pohon ini ada di sini?"

"Lumayan lama," jawabnya tanpa melihat Mita, "ini tempat favoritku, soalnya di tempat ini aku bisa lihat pemandangan yang indah, langit luas dan di sekitar sini masih diisi lahan kosong walaupun rumputnya tidak terlalu tampak hijau."

Mita bertanya lagi, melontarkan pertanyaan yang kebetulan bersemayam di pikirannya, "Jadi, apanya yang kamu sebut kalau ini rumahmu?"

"Karena ... di sini tempatku benar-benar bisa merasa pulang." Agil menyunggingkan senyum tipis tanpa aba-aba. Senyum teduh yang benar-benar luar biasa. "Bukan hanya nostalgia pada momentum bahagia yang tercipta, tapi dari sesuatu yang abstrak muncul tanpa aba-aba dari hati, Mit." Lelaki itu menyentuh dadanya sendiri.

"Rumah, ya?" Mita terkekeh geli. "Kukira orang kaya sepertimu tidak tahu menahu tentang hal seperti itu. Toh, hidupmu terjamin."

Agil menggeleng. "Maaf, tapi aku udah nggak punya siapa-siapa. Ayah kerja, Kakak kuliah di Jepang dan Bunda ...." Lelaki itu menjeda kalimatnya, seolah ragu akan apa yang akan ia katakan. "Bunda abadi bersama semesta, berada di surga, menapaki taman surgawi yang maha luas di atas sana."

Mita bergeming. Tunggu, jadi selama ini Agil sendirian? Selama ini sosok yang ia kenal sok asik itu dan selalu tampak baik-baik saja adalah anak yang sebatang kara?

"Selama ini kamu hidup sama siapa?" tanya Mita. Kali ini suaranya melemah, tidak setajam tadi. Mungkin, karena rasa simpati yang muncul tiba-tiba dan perasaan iba.

"Sendiri. Ayah nyewa asisten rumah tangga, tapi sebelum magrib udah pulang. Ayah pulang satu bulan sekali, tapi kadang itu nggak pasti." Agil tersenyum. "Malah jadi curhat tentang kehidupanku. Sori, Mit."

Agmission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang