• 2. Rumah •

145 18 5
                                    

Now playing
Suara kayu ft. Feby Putri - Kembali pulang

Yuhu ... selamat datang kembali, Pren.
Yah, datang di zona rumah dan keluarga Mita.
Jangan lupa tinggalkan jejak, jangan pergi menghilang tanpa ada kabar sepertinya. Jangan lupa baca part ini sembari menekan link di atas. Lagu untuk backgorund "Kembali Pulang" sangat cocok didengar seraya membaca bagian ini. Selamat membaca, para pencari rumah, para insan yang selalu ingin pulang.

 Selamat membaca, para pencari rumah, para insan yang selalu ingin pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rindu untuk pulang, tetapi lupa tak punya rumah pulang."
-Mita Alesha Putri-
༺♥༻





Malam merangkak menutup senja yang indah. Waktu sudah menjelang malam dan Mita baru pulang. Ia yakin beberapa menit dari sekarang suara Ibu akan segera merusak suasana hatinya. Karena itu, ia berdiri sejenak di halaman rumah yang sepi, menikmati semilir angin dingin lengkap dengan petrikor yang dihasilkan hujan sore ini. Awan kelabu perlahan menyingkir, berganti dengan indah langit biru gelap bercampur jingga dari senja, bersama beberapa bintang yang samar membentang di cakrawala.

September datang, seharusnya bulan ini penuh dengan sinar cerah tanpa hujan maupun gerimis. Namun, dari acara cuaca di televisi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memberitahukan bahwa hari ini akan turun hujan dengan intensitas sedang. Maka dari itu, Ibu memperingatkan Mita untuk membawa mantel, tetapi Mita lupa membawa. Saat ini sepatunya kotor, seragam sedikit basah, juga rambut yang lepek setelah terkena rintik hujan ketika nekat menerjang gerimis untuk pulang.

Azan magrib berkumandang. Dengan berat hati, Mita melangkah masuk rumah. Walaupun ia sudah terbiasa mendengar omelan sang ibu, entah kenapa tetap saja Mita tidak suka suara yang selalu mendikte hidupnya. Keras suara yang menusuk rungu selalu bisa masuk menusuk hatinya pula.

Mita mengetuk pintu, kemudian masuk dengan mengucap salam. Satu titik yang langsung menjadi arah fokusnya setelah menutup pintu rumah adalah pandangan Ibu.

Dengan mata tajam, Ibu mendekat pada anak gadis satu-satunya itu. "Kenapa baru pulang?"

Suara itu menggetarkan hati Mita. Gadis itu terdiam beku, bibirnya seolah kelu untuk menjawab pertanyaan sang ibu. Dengan sedikit tergagap Mita menjawab, "Ya, pulang dari sekolah, Bu. Tadi hujan agak deres, jadi neduh dulu di sekolah sama temen-temen."

Ibu menghela napas lelah. "Udah dibilangin berapa kali kamu, ih!" Ibu mencubit pelan bahu Mita. "Cuaca lagi nggak tentu, bawa mantel ke sekolah! Kamu udah gede, becus dikit. Masa gitu aja harus disiapin."

Mita menunduk dalam. Ia tak pernah membantah kata-kata ibunya. Mendengar kata 'becus' membuat hatinya tergores. Namun, Mita tak mungkin melawan atau durhaka, karena tata krama itu masih bertahan di tempatnya.

Agmission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang