• 21. Bunga Terakhir •

41 8 3
                                    

Now Playing
Afgan-Bunga Terakhir

Semoga kalian suka.
Selamat datang, dalam sebuah luka dan tawa yang melambung bersamaan.

 Selamat datang, dalam sebuah luka dan tawa yang melambung bersamaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat datang, di titik balik semesta."
Agmission







Agil dan Mita menautkan kelingking, saling memercayai satu sama lain. Sebentar lagi akan pengumuman kejuaraan, jantung mereka sama-sama berdebar kencang. Sudah pukul tiga sore, acaranya malah semakin ramai.

"Mit, aku mau pergi dulu. Nunggu di sini bentar, ya?" Agil berujar demikian, membuat Mita yang di sampingnya mengerutkan kening bingung.

"Bentar lagi pengumuman, kenapa nggak nunggu?"

Agil tersenyum. "Ada sesuatu."

Mita merasakan ada sesuatu yang aneh dalam dadanya, seolah begitu berat untuk melepas tautan itu. "Nggak usah, bisa di sini aja?"

"Aku nggak bakal jauh."

Ketika ucapan itu keluar dari mulut, Mita tidak bisa merespons apa pun lagi. Ia memiliki perasaan yang buruk, ditambah dengan pengumuman yang tak kunjung mengudara. "Jangan lama-lama, bentar lagi pengumuman."

Agil tersenyum, kemudian mengedip tengil pada Mita. "Iya, badak galak!"

Mita terkekeh seraya menggelengkan kepalanya. "Bocah sok asik!"

Baru saja beberapa Agil pergi, sekitar tiga menit setelah berpamitan, suara MC membuat seluruh atensi keramaian beralih pada sang pemegang pengeras suara.

"Selamat sore!" sapa MC itu dengan nadanya yang riang.

Mita gelisah, ketika sudah pengumuman Agil malah menghilang. Gadis itu tidak bisa berhenti mengumpat dalam batin. Ia hanya bisa mencoba menenangkan dirinya sendiri dan berharap kemenangan bagi mereka berdua.

Lelaki yang ditunggu kehadirannya saat ini sedang sibuk menyunggingkan senyum. Tidak bisa sedetik pun Agil melunturkan senyumannya ketika sebuah buket bunga yang ia pesan saat ini telah datang ke pelukannya. Kumpulan bunga yang harum dan memanjakan indra penciuman itu membuat Agil tak fokus. "Wanginya, Mita pasti suka!"

Penjual bunga yang melihat Agil lantas terkekeh. "Wah-wah, mau dikasih buat pacarnya, ya, mas?"

Agil tersenyum. "Baru calon, Bu. Ini hadiah buat keberaniannya buat maju audisi, sekalian mau nyoba komitmen. Bunganya cantik, kan, Bu? Sama kayak orang yang mau saya kasih."

Ibu penjual bunga itu merekahkan senyumnya begitu lebar. "Wah-wah, ternyata. Bagus itu, omong-omong audisinya udah pengumuman, loh."

Agil yang mendengar perkataan tersebut langsung keluar dari toko bunga, tergesa-gesa untuk mengambil langkah di tengah keramaian. Lelaki itu berlari ketika menyadari bahwa waktu pengumuman sudah dimulai. Karenanya, Agil mempercepat tempo larinya.

Agmission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang