• 13. Friend With Benefit •

41 10 0
                                    

Now Playing
Tiara Andini-Gemintang Hatiku

⚠️TW!⚠️
Mengandung kata kasar!
Bijak memilah, ya.

Ketika semburat dari mentari pagi menyapa, Mita sudah bersiap diri untuk pergi ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika semburat dari mentari pagi menyapa, Mita sudah bersiap diri untuk pergi ke sekolah. Perasaannya masih begitu lara, sehingga ia memilih abai akan segala tugas rumah. Hari ini hari Sabtu, ekstrakulikuler wajib pramuka pasti datang menghampiri nantinya. Biasanya Mita akan memasak bekal dan mengurus dapur, tetapi karena masalah tadi malam, jangankan memasak, menginjak dapur saja ia tidak minat.

Semua telah beraktivitas, Kak Aldino, Ibu dan Ayah. Semuanya hanya diam, saling menyenggol bahu dan melirik ke arah Mita. Sedangkan gadis yang dilirik tidak sadar dan tetap membuat wajah datar. Mita mengayuh sepeda sendirian tanpa berpamitan atau memberi salam.

༺♥༻

Mita meringkuk, sembari mencengkeram perut yang terasa nyeri, berharap rasa sakit yang ia rasa segera berangsur membaik, terlebih lagi ketika sedang kedatangan tamu rutinnya.

"Woi, Mit! Kenapa?" Lena datang menyapa dan menepuk bahu Mita.

Mita hanya berdecak sebagai balasan.

Lena melirik tangan Mita yang sedang mencengkeram perut. "Lagi dapet, Mit?"

Mita mengangguk.

Lena memaklumi diam gadis di sampingnya. Mana mungkin Lena berani mengajak berkomunikasi dalam mode seperti ini? Bahkan, Lena tahu sendiri kalau di masa seperri ini Mita bisa berpuluh-puluh kali lebih mengerikan.

Derit kencang pintu kelas yang awalnya ditutup karena sudah masuk jam pembelajaran terbuka, mengalihkan atensi mereka berdua. Sosok laki-laki berbadan tinggi yang sangat dihafal Mita membuat jantung gadis itu mencelos.

"Mita ada? Dipanggil Pak Anggara, katanya mau nitip catetan suruh sekretarisnya nulis," ujar lelaki tersebut.

Mendengar tutur kata dari lelaki itu membuat Mita membulatkan matanya lebar. Jujur, kakinya terasa lemas, deru napas juga tidak berembus normal seperti biasa. Masih sama, gadis itu masih juga memiliki perasaan kepada Fero.

Agil menengok ke belakang. "Mit, dipanggil ...."

"Udah tau," sela Mita dengan cepat dan sangat ketus.

Agil mengernyit, ada apa ini? Padahal kemarin mereka biasa saja, tetapi hari ini malah seperti ini. "Mau ditemenin nggak, Mit?" tawar lelaki tersebut ramah.

Langkah Mita terinterupsi. Gadis itu berpikir sejenak, lantas berucap, "Kalau mau ikut, ayo!"

Agil tersenyum, ia anggap ini jawaban iya.

Agmission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang