• 20. Simponi Asmaraloka •

38 9 0
                                    

Now Playing
Andra and The Backbond-Sempurna

Selamat datang kembali.
Nikmati tiap bahagia dan momen yang tercipta selagi masih ada. Sebelum semua sirna termakan oleh lara.

"Kamu adalah kesederhanaan dunia yang sukar diungkapkan oleh apa saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu adalah kesederhanaan dunia yang sukar diungkapkan oleh apa saja."
-Agil Mahesa Pratama-




"Mita!"

Suara Ibu menggelegar ke seluruh penjuru rumah. Mita yang ada di kamar mandi dan bersiap untuk lomba menyanyi bersama Agil mendekat ke arah sumber suara.

Hari ini Ibu libur menjadi penatu, karena itu wanita paruh baya tersebut menghabiskan waktu untuk menata barang rumah. Sebenarnya Mita sudah membersihkan semuanya, tetapi yang namanya Ibu pasti bisa menemukan celah kurang ketelitian sang anak.

Ketika Mita melangkah mendekati Ibu, ia terpaku di tempat. Kakinya tertahan seperti ada kristal yang menyelimuti kaki dan membuatnya geming tampa bisa berbuat apa.

Ibu berbalik menghadap Mita. "Ini apa, Mit?" tanya wanita paruh baya dengan daster merah batik, memperlihatkan poster lomba yang akan diikuti Mita beberapa jam lagi.

Jantung Mita mencelos, rasa gelisah menyelimuti dan membuat bulu kuduknya berdiri. "Bukan apa-apa."

"Apanya yang bukan apa-apa!" Ibu naik pitam. "Jelas-jelas ini tulisan lomba menyanyi, hari ini. Kamu mau ikutan lomba bodoh kayak gini?"

Mita mengepalkan tangan kencang. "Bu, itu lomba ...."

Bekum selesai berbicara Ibu menyuruh Mita diam dari interuosi tangannya. "Nggak, nggak, nggak. Apa pun alasannya, nggak!"

"Ibu apaan, sih? Aku udah daftar."

"Habis berapa?"

Mita menukas cepat, "Gratis."

Ibu mendudukkan diri di kursi meja Mita. Suasana di sana begitu mencekam akibat perang dingin ini. Bahkan, Kak Aldino yang tidur sampai terbangun dan mendekat.

"Mit-Mita. Bukannya belajar, malah ikutan acara nggak jelas kayak gini. Ya, mbok kayak kakakmu itu. Belajar, berprestasi, nggak aneh-aneh kayak gini. Kamu Ibu larang ikut."

Cukup! Mita merasakan nyeri di dadanya. Air mata yang tertamoung akibat takut kini tumpah karena kesedihan yang ia rasakan. "Itu bukan sekadar acara nggak jelas! Mita ikut karena Mita bisa!"

"Bisa apa?" Ibu berujar tak kalah kencang. "Kayak suaramu bagus-bagus aja."

Hancur. Sudah hancur segala pertahan Mita. Semua bagian tubuhnya mati rasa. Bukan apa, ketika diremehkan oleh orang lain, mungkin akan bisa menerima dengan lapang dada. Namun, jika orang tua sendiri ... rasanya sangat menyesakkan. Tolong, jangan menghancurkan dinding kebahagiaan yang Mita buat tanpa bantuan siapa saja.

Agmission Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang