"Hakikat mencintai; Tidak bertambah atas perlakuan baik dan tidak berkurang dengan balasan buruk (feedback)."
-Yahya bin Mu'adz-Imam memposisikan dirinya di tengah, persis di hadapan Gladysa yang sedari tadi menunduk.
Kejadian beberapa menit yang lalu sungguh memalukan. Dara melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa kedua remaja yang belum halal itu saling memeluk satu sama lain.
"Ini semua gara-gara lo!" Sentak Gladysa menatap Imam dengan penuh emosi.
Imam yang sudah pasrah hanya bisa menghela napas berkali-kali. Jika Gladysa berteriak histeris ketika terbangun, beda dengan Imam. Lelaki itu diam sejenak, beristighfar lalu secepat kilat berlari ke arah kamar mandi guna berwudhu.
"Udah-udah! Jangan salahin Imam terus! Di sini juga kamu salah," lerai Dara dengan melayangkan tatapan tajamnya.
"Kecuali kalo Imam doang yang meluk. Lah, ini...." Wanita itu tersenyum jahil. "Dua-duanya sama-sama meluk."
"Gak ada guling."
Imam menyiniskan senyumnya. "Gak ada guling bukan berarti lo bisa meluk-meluk gue, kan?"
"Idih! Pede banget! Pasti lo duluan."
Cowok itu manggut-manggut. "Oh.... Jadi pas gue peluk duluan lo sadar, ya? Tapi lo nggak bangunin gue? Sengaja?"
"Daripada berantem gak ada ujungnya mending bahas pernikahan aja yang ada ujungnya."
Varah menengok ke arah suaminya. "Loh? Emang ujungnya apa kalo udah nikah?"
"Ya dapet anak."
Mendengar hal tersebut Gladysa menggeliat ke sana ke mari menyembunyikan pipi merahnya sedangkan Imam menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Pi...." Gladysa menatap Bima dengan penuh permohonan.
"Plissss, janji nggak ngulangin tapi jangan nikahin Gladysa sama Imam, ya?"
"Nggak bisa!"
Perempuan itu menghela napasnya gusar. "Masih sekolah."
"Oh, jadi kalo masih sekolah nggak boleh nikah gitu?" Ada jeda. "Kata siapa?"
Gladysa menatap Imam dengan pandangan bingung. "Kok lo malah kayak mau, sih?!
"Mau banget malah...."
"Nikah itu baik, kenapa nggak boleh? Sedangkan pacaran itu nggak baik, tapi kenapa gak dilarang?" Ada jeda. "Nikah gak dilarang, loh.... Dalam Islam nggak ada batasan umur buat nikah---kalo dia udah mampu lahir dan batin buat apa ditunda-tunda lagi?"
Gladysa terdiam.
"Tapi ini murni kesalahan..."
"Iya, emang salah. Makanya kamu harus nikah sama Imam."
"Ujung-ujungnya kenapa nikah, sih, Mi?," Tanya Gladysa yang sudah sangat tersulut emosi.
"Emangnya kamu mau kalo nggak nikah sama Imam terus suami kamu dikasih yang bekas?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Imam untuk Gladysa✓
SpiritualGladysa Makmuma Al-Fath. Seorang perempuan yang selalu mengusik ketenangan seorang Imam El. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Galydsa sangat membenci Imam, beda dengan kaum Hawa lainnya yang selalu memuji Imam bagaimana pun keadaannya. Yang satu kal...