٢٣

6.3K 448 8
                                    

"Jangan menggenggam yang tak muat ditangan, jangan mengejar yang langkah kakimu tak sampai. Tak perlu memaksa, tak perlu tergesa. Jika dia milikmu tak akan ke mana, jika rezekimu pasti akan sampai juga."
-Ustadzah Halimah Alaydrus-

Pukul dua dini hari mereka telah sampai di tanah suci yang tengah mereka pijak. Begitu sampai semuanya langsung ke hotel untuk membersihkan diri lalu selanjutnya langsung ke Masjid Nabawi untuk melaksanakan sholat Subuh.

Setelah itu, barulah pada pukul setengah delapan ijab akan diikrarkan di Masjidil Haram.

Gladysa menahan air matanya agar tidak keluar begitu melihat Luna sangat cantik, dan sebentar lagi perempuan itu akan berganti statusnya menjadi seorang istri.

Imam menggelengkan kepalanya ketika melihat Gladysa yang begitu melankolis.

Luna tersenyum haru. Pandangan perempuan itu selalu menunduk, tak berani menatap lelaki yang dulunya pernah meninggalkannya untuk pergi ke Tarim.

Tapi tepat pada hari ini, Rafza membuktikan ucapannya yang dahulu dirinya lontarkan. Luna kira itu hanya sebuah lelucon anak kecil tapi ternyata Allah memang sudah menjabahnya.

Kedua lelaki yang sangat berarti di kehidupan Luna itu saling berjabat tangan dengan netra yang bertubrukan. Berbicara lewat mata, seolah-olah tak boleh ada yang menyakiti Luna apa pun itu keadaannya.

"Yaa Rafza Al-Buchori Assegaf bin Mohammed Assegaf. Uzawwijuka 'ala ma amarallahu min imsakin bima'rufin aw tasrihim bi ihsanin, Rafza Al-Buchori Assegaf bin Mohammed Assegaf?"

"Na'am wallah!"

Luna menunduk ketika mendapati nada bicara Rafza yang begitu tegas nan serius disertai suara yang begitu maskulin. Perempuan itu melipat bibirnya guna menahan senyum.

Abigail menggigit bibir dalamnya terlalu terbawa suasana. Jantungnya pun ikut berdegup kencang ketika Rafza menambahkan kata wallah sedangkan Qori yang melihat istrinya salting menekuk alisnya tak suka.

Tak boleh! Tak boleh ada yang membuat Abigail salting kecuali dirinya.

"Ankahtuka wa zawwajtuka makhtubataka Syarifah Arluna Hannah Al-Haddad binti Abu Dhabi Al-Haddad bi mahri alatil ibadah, umroh wa milyun dirham haalan!"

"Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahri madzkuur wa radhiitu bihi wallahu waliyyu taufiq!"

"SAH!!"

Usai ijab qobul telah selesai mereka langsung berdoa lalu setelah itu melanjutkan tahapan lainnya.

Akad memang dilaksanakan di sini tapi resepsi akan dilaksanakan di Turki.

Gladysa serta yang lainnya foto bersama dengan wajah bahagianya masing-masing.

Untuk hubungan Abigail dan Qori sudah menyebar luas disebabkan Qori yang nekat meng-upload foto Abigail pada saat malam pertama di kamar dengan caption My Wife?

Teruntuk ibadah umroh akan dilaksanakan esok hari. Rafza sengaja memilih jadwal setelah dirinya halal bersama Luna, karena cowok itu ingin umroh bersama kekasih yang statusnya sudah menjadi halal.

Juga untuk Gladysa, sebenarnya banyak yang mengkhawatirkan kandungannya. Tapi ketika Gladysa menyakinkan bahwa akan baik-baik saja dan kandungannya pun baru menginjak usia 5 bulan awal, akhirnya perempuan itu diperbolehkan untuk ikut setelah di tes kondisi bayi di dalam perutnya.

"Cium pipi Luna, dong!!!!" Kompor Qori setelah menegur Abigail agar tak baper.

Mereka yang mendengar itu kaget. Luna melotot tak mengerti. Ingin rasanya berkata kasar tapi sangat tidak sopan.

Rafza menggelengkan kepalanya. Cowok itu bukan seperti Imam dan Qori yang kalo bucin gak tahu tempat.

"Lun...."

Rafza menunduk ingin mengutarakan sesuatu. Cowok itu terlalu kaku bahkan kini dirinya tengah malu karena begitu dirinya bisa menyentuh Luna untuk pertama kalinya, Rafza menangis haru.

Mata yang saling berbinar itu bertubrukan mengundang jutaan kebahagiaan kepada masing-masing insan.

"Nama Luna sekarang makin panjang."

"Hm?"

Rafza menggenggam tangan istrinya.

"Syarifah Luna milik sayyid Rafza dan sayyid Rafza hanya untuk syarifahku, Luna!"

Luna tertawa kecil tapi perempuan itu terkejut begitu air matanya ikut keluar.

Luna masih ingat pada saat dirinya menyukai Alfa dan kedua orang tuanya tahu, seluruh keluarganya langsung menentang ketika Luna belum tahu bahwa Alfa merupakan ahlul bait juga.

Syarifah harus menikah dengan sayyid bukanlah ada istiadat, bukan pula tradisi nenek moyang. Tapi agar nasab tidak terputus dan sebagai bukti kecintaan serta ketaatan kepada Allah dan Rasulullah.

Luna juga tak gila cinta. Dirinya tak ingin mengorbankan ikatan cintanya dengan Rasulullah hanya untuk cinta yang tak halal.

"Makasih udah dateng...." Lirihnya begitu dalam membuat Rafza ikut meneteskan air matanya.

Rafza mencintai Luna yang tak dapat diutarakan hanya dengan sebatas kata dan Luna yang menanti Rafza yang tak dapat dijelaskan bagaimana khawatirnya jika tak ada satu pun sayyid yang berniat untuk mengkhitbahnya.

Gladysa menyenderkan kepalanya di bahu Imam seraya mengelus perutnya dengan senyum yang begitu manis.

Perempuan itu menggigit bahu Imam kecil membuat Imam melotot kaget.

Gladysa tertawa lucu.

"Kayaknya aku ngidam, deh."

"Ngidam apa?," Tanya Imam kelewat lembut seraya mengelus kening istrinya.

"Mau nikah lagi rasanya."

Detik itu juga senyum Imam pudar dan pergerakan jarinya di kening istrinya berhenti.

"Gak lucu!" Jutek Imam seraya memandang ke arah depan.

Bukannya merasa bersalah, Gladysa malah makin tertawa.

"Mau nikah lagi.... Tapi sama kamu juga maksudnya."

"Anak-anak perempuan kami (Syarifah) hanya menikah dengan anak laki-laki kami (Sayyid) dan anak laki-laki kami (Sayyid) hanya menikah dengan anak-anak perempuan kami (Syarifah)." (HR. Al-Hafidz As-Syaikh Ibnu Abi Ad-Dunya RA, Makarimul Akhlaq).

"Celakalah (neraka Wall) bagi orang di antara umatku yang mendustakan keutamaan mereka (keturunanku) dan memutuskan hubungan (tautan tali rahim) ku dengan mereka (keturunanku) yang kepada mereka (pengingkar) Allah tidak akan menurunkan syafaatku." (HR. Thabrani, Al-Hakim, Rafil).

"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat: 13).

Kemuliaan terletak pada adab bukan pada nasab.

Imam untuk Gladysa✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang