١٨

6.3K 501 6
                                    

"Cintailah istrimu meski pun dia galak padamu. Di antara peran penting istrimu adalah menyelamatkanmu dari zina. Jangan karena istrimu galak, lantas kamu selingkuh."
-Gus Baha-

Imam memandang kaftan yang Gladysa bawa dengan tatapan tajam.

"Ngapain bawa kaftan?"

"Hah?"

Gladysa yang tiba-tiba disodorkan pertanyaan diiringi nada jutek itu kebingungan sendiri.

"Ya, kan, nanti di sana sekalian wisuda. Aku mau pake kaftan aja!"

"Gak boleh."

"Kok kamu larang-larang aku?"

Sudah jadi rahasia umum jika cewek itu sangat menyukai kaftan. Siapa pun tidak ada yang boleh menghalangi Gladysa untuk memakai baju favoritnya itu.

Imam meraup wajahnya asal. "Kamu mau jadi bahan tontonan emangnya?"

Gladysa paham. Perempuan itu tersenyum. "Kamu mau izinin apa enggak, pokoknya aku tetep mau pake kaftan!"  

"Dan aku gak ngizinin."

Usai berbicara seperti itu, Imam menyimpan kaftan perempuan itu di dalam lemari.

"Imam!!!!!"

"Apa?" Cowok itu berbalik seraya mengangkat tinggi-tinggi milik Gladysa.

Imam menatap lurus istrinya yang sedang memasang raut kesal.

"Kamu ngeselin banget," lirih Gladysa dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Fyi, perempuan itu lagi kedatangan tamu bulanan.

"Biarin aja. Dari pada aku harus nahan cemburu pas semua cowok natap kamu yang cantik banget kalo pake ini."

Gladysa tidak tahu harus marah ataupun senang. Cowok itu gemar sekali membuat perempuan terbang dan jatuh secara bersamaan.

"Tapi aku mau pake itu, Mam!!" Rengek Gladysa seraya menarik-narik kemeja Imam.

"Udah jam enam lewat. Kita harus sampe sebelum jam tujuh."

Imam menggeret kopernya lalu mulai melangkahkan kakinya keluar kamar. Cowok itu berbalik lalu menghela napas ketika Gladysa masih duduk di pinggiran ranjang dengan tangan yang bersedekap dada.

"Masih mau di situ?" Ada jeda. "Kalo kamu gak mau turutin permintaan aku, yaudah. Lebih baik kita gak usah ikut."

Perempuan itu masih bergeming.

Imam mengacak rambutnya frustasi. "Ambil kaftannya."

Seperti kata keramat, Gladysa langsung menyambar baju itu dengan perasaan senang tanpa mengkhawatirkan wajah pria itu yang sudah memerah.

Bukan tanpa sebab Imam lebih posesif daripada biasanya. Karena pada saat kemarin malam, Imam melihat layar notif dari ponsel istrinya. Notifikasi dari Gibran.

×××

Seluruh anak kelas 12 sudah pada berkumpul di lapangan setelah absensi. Gladysa hanya menunduk ketika Imam selalu memperhatikannya dari arah kejauhan dengan pandangan tajam.

Imam untuk Gladysa✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang