١٦

7.7K 531 13
                                    

"Sehancur apapun kita karena cinta makhluk-Nya, ingatlah kita punya Allah. Kepada-Nya lah harusnya kita mencari perlindungan saat makhluk-Nya melukai kita."
-KH. Muntaga Hasyir-

Gladysa memperhatikan selembaran kertas tersebut dengan perasaan riang. Setelah melaksanakan ujian akhir tahun seminggu yang lalu, seluruh angkatannya diberikan seuntai surat untuk orang tua agar mengizinkan anaknya mengikuti study tour perpisahan.

Abigail menyenggol lengan Gladysa ketika ada Nadya di depan pintu kelasnya. Perempuan itu menghela napas. Sudah dua bulan berlalu dan bukannya kapok justru terkadang perempuan itu suka sekali untuk membuat dirinya terluka dengan sengaja.

"Kenapa?"

Nadya tersenyum amat manis, berusaha mempertahankan agar citranya tetap terlihat baik.

"Ikut aku!"

"Eits!" Luna menarik lengan Gladysa seraya menggeleng sinis. "Mau ngapain lagi lo, hah?"

"Lun..."

"Diem!" Bisik Luna ditelinga Gladysa.

"Cuma mau ngomong sebentar."

"Di sini aja, lah!"

"Cuma berdua."

Luna yang sudah terlanjur kesal itu mendorong tubuh Nadya hingga membentur pintu kelas.

"Lo bisa nggak, sih, nggak usah ganggu Gladysa lagi?! Udah berapa kali lo kena ulti sama si Imam?!"

"Kamu gak perlu ikut campur!"

"Terserah gue!"

Tubuh Luna oleng ketika Nadya mendorongnya hingga Luna sudah sampai pembatas.

Perempuan itu sedikit ngeri. "Gak usah kasar."

"Kamu duluan."

Nadya tersenyum mengerikan. Luna mengerutkan alisnya tak mengerti ketika menangkap sesuatu yang berbeda.

"Lo buk..."

Belum saja selesai bicara, Luna di dorong kencang hingga perempuan itu melewati pembatas yang tak terlalu tinggi itu.

Semua yang melihat itu heboh sedangkan Luna sudah memegang pinggiran tembok pembatas.

"NADYA!!!"

Gladysa melihat sahabatnya dengan khawatir begitu juga dengan Abigail. Mereka berusaha meraih tapi naas tangannya tak sampai hingga tubuh Luna oleng ke bawah.

Semua yang melihat itu spontan berteriak. Gladysa dan Abigail menutup wajahnya menggunakan kedua tangan tak sanggup melihat yang terjadi selanjutnya.

Butuh beberapa detik ke depan hingga sorakan begitu terdengar. Gladysa mengintip ke arah bawah lalu membekap mulutnya tak percaya.

Luna berada di gendongan Alfa!!!

Gadis itu mendongak, menatap manik lelaki yang sudah menolongnya. Luna turun dengan jantung yang berdegup kencang.

Imam untuk Gladysa✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang