٢٥ (انتهى)

10.1K 488 19
                                    

"Tirakatmu menentukan masa depan suamimu."
-Nyai Hj. Noor Khodijah Hasbullah-

"ABI, KOK KAOS KAKI AKU ILANG SEBELAH, YA?!"

"UMI, AKU JUGA LUPA NGERJAIN PR!!!!"

"MULUT LO PADA BISA DIEM GAK?!!"

"BODO AMAT! DASAR ABANG JAHAT! LIAT AJA, NANTI KALO AA UDAH PULANG AKU ADUIN!"

"GAK TAKUT! ORANG SHOLEH BAKALAN KALAH SAMA BUAYA SHOLEH!"

Imam menghampiri anak keduanya itu lalu melemparnya menggunakan sarung.

"Bilang apa tadi?"

Syahnaz, anak yang gagal menjadi anak bontot itu cekikikan seraya pura-pura membantu Gladysa menyiapkan makanan.

Hasyim mati kutu. "Emangnya tadi aku ngomong apaan?" Ada jeda. Cowok itu nenyikut kembarannya yang sedari tadi fokus dengan ponselnya.

Hisyam menggedikan bahunya pertanda tak peduli lalu mulai menjauhkan bokongnya dari sofa untuk berjalan ke ruang makan lalu mengecup pipi Gladysa.

"Murojaah setengah juz malam ini juga!"

Hasyim memasang muka santainya dan beriringan menuju meja kapan.

"Setengah juz mah gampang!"

"Setengah juz Al-Qur'an. Lima belas juz. Fahimtum?"

Detik berikutnya Hasyim memasang muka syoknya.

Gladysa menghela napas pasrah lalu tersenyum dan menuangkan satu persatu lauk ke dalam piring.

"Bisa gak, sih, kalian pagi-pagi gak usah ribut mulu?"

Syahnaz, yang sekarang sudah beranjak naik kelas delapan itu menggelengkan kepalanya.

"Gak bisa! Lebih baik ribut pas pagi daripada tempur pas malem-malem."

Hisyam yang mendengar itu tersedak dengan jus melon yang dirinya minum.

"Kosa kata dari mana itu?"

Imam tahu. Cowok itu memberikan tatapan peringatan kepada anak-anaknya.

"Udah, lebih baik kalian, tuh, di dalem rumah aja. Jangan main lagi sama anaknya Qori."

"Imam, kok kamu gitu?" Gladysa menyahuti karena merasa tak enak.

"Kamu bilang kenapa, Sayang?"

Perempuan itu membuang wajahnya. Drama baru dimulai. Gak anaknya, gak suaminya. Mereka selalu kompak melakukan drama di hadapannya pada pagi hari.

"Liat anak ke dua kita, si kembar! Lebih tepatnya si Hasyim katanya jadi buaya sholeh. Semenjak apa? Semenjak ke circle Qori sama buntutnya."

"Anak kita yang keempat, barusan bilang hal yang berunsur dewasa!"

"Emang aku doang yang gak ke sebut. Paling ben---"

Imam untuk Gladysa✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang