٨

8.1K 679 0
                                    

"Penjelasan lisan membuat banyak hal menjadi lebih jelas. Namun, cinta yang tidak dijelaskan justru lebih jelas."

Gladysa guling-gulingan tak karuan di ranjangnya sedangkan Abigail juga Luna yang melihat itu hanya bisa menatap jengkel sahabatnya itu.

Semenjak kejadian beberapa hari yang lalu, Gladysa semakin sulit ditebak. Perempuan itu terkadang terdiam tapi tiba-tiba ngereog tidak jelas.

Luna memakan sosis bakar yang telah disediakan oleh keluarga Gladysa. Malam ini malam tahun baru, jika orang-orang pada sibuk bakar-bakar, lain halnya dengan ke tiga cewek tersebut. Mereka hanya berdiam di kamar hingga makanan tersebut tersaji di depan matanya.

Gladysa terduduk lemas seraya mengambil satu otak-otak bakar dan memakannya.

"Hm.... Dua hari lagi gue jadi istri."

Abigail menertawakan nasib sahabatnya. "Nelen ludah sendiri lo!"

Ke tiga perempuan itu seketika terdiam ketika mendengar suara pemuda bertilawah di Masjid.

Suara Imam.

Gladysa termenung sesaat menikmati suara merdu dan adem itu. Begitu memang setiap tahunnya, selain menjadi imam Masjid, Imam pun setiap malam tahun baru selalu menghabiskan waktunya di dalam Masjid untuk beri'tikaf.

"Tiba-tiba.... Cinta datang kepadaku, saatku pura-pura membencinya," sindir Abigail menyanyikan salah satu lagu dengan nada sumbang.

Gladysa menimpuk Abigail menggunakan bantal. "Sinting!"

"Pokoknya nanti malam pertama lo harus kasih tau ke kita-kita, ya! Reviewnya jangan lupa!"

Bukannya menjawab, justru Gladysa kembali guling-gulingan, perempuan itu menggigit selimutnya dengan pipi yang sudah memerah.

"NGGAK MAU MALAM ZAFAF HUAAAAAAAAAA!!!!!!"

Bukannya iba dan menenangkan perempuan itu, justru Luna dan Abigail menertawakan kepanikan sahabatnya sendiri.

×××

Pagi-pagi buta kamar Gladysa sudah pecah dengan suara teriakan cewek itu. Luna dan Abigail yang sedang memasang kerudung menyumpah serapahi Gladysa karena jarum pentulnya melesat ke tangannya sendiri.

Gladysa tak mempedulikan ocehan sahabatnya, perempuan itu menaruh ponselnya di atas nakas masih dengan muka syok.

"Muka lo pagi-pagi udah asem aja," cibir Luna lantaran masih kesal.

"GUE SYOK! MASA ADA NOTIF DARI IG TIBA-TIBA SI IMAM FOLLOW GUE!!!!"

"DEMI APA??!!"

Kegaduhan semakin menjadi ketika Luna dan Abigail saling merebut ponsel Gladysa membuat Gladysa mengusap keningnya melihat kelakuannya.

"Kita harus manfaatkan ini!!!" Seru Abigail seraya membuka aplikasi Instagram di ponsel Gladysa.

Luna menatap Gladysa dengan binaran kedua mata yang belum meredup. "KITA MAU MINTA FOLLBACK SAMA IMAM! PINJEM DM LO, YA!!!"

"EH, GILA!!!!"

Dengan gerakan gesit Gladysa berhasil merebut ponselnya dari genggaman Abigail.

"Pelit banget!!! Cuma mau minta follback doang!" Ada jeda. "Gladysa, harusnya lo bersyukur. Orang-orang pada ngantri biar dikonfirmasi permintaan pertemanannya sama Imam, lo yang difollow duluan malah mau remove, tuh, Imam!"

"Betul!!!" Luna ikut-ikutan. "Boro-boro difollback, dikonfir aja nggak sama, tuh, cowok!"

"Satu-satunya cara biar bisa dikonfirmasi cepet sama Imam harus bikin akun yang bener-bener keliatan jelas kalo, tuh, akun punya cowok! Makanya kebanyakan selir-selirnya ngefollow dia pake uname cowok, followersnya bela-belain beli yang ribuan biar nggak keliatan kalo itu fake."

Gladysa pusing sendiri mendengar ocehan sahabatnya. Perempuan itu melihat akun Instagram Imam yang belum dirinya konfirmasi. Dirinya memencet akun tersebut dan memperlihatkan akun privat yang mempunyai followers 37 ribuan, dan yang diikuti hanyalah 7 orang.

"Introvert banget kayaknya," gumam Gladysa setelah menebak siapa saja yang cowok itu follow.

"Apaan yang mau lo liat dari akun ini? Postingannya aja nol," ujar Gladysa menyadarkan mereka.

Luna mengeluarkan ponselnya dan ikutan membuka aplikasi Instagram.

"Nih! Hasil gue mohon-mohon ke Abang buat tukeran akun Instagram!"

Gladysa menahan tawanya seraya melihat akun Imam yang memang banyak sorotannya.

"Sebentar! Gue belum liat SG terbarunya, nih!"

Luna memekik tertahan membuat Abigail langsung merapat dan ikut melihat caption story tersebut.

Tidak ada di dunia ini 2 Tuhan, begitu juga tidak ada di hatiku 2 cinta.

Gladysa menyiniskan matanya. "Bucin banget!"

"Bucin sama lo ini, anjir!!" Semprot Abigail merasa kesal dengan respon sahabatnya.

"Tukeran aja, lah! Gue aja yang jadi jodohnya Imam."

"Bodo amat!" Gladysa menghela napas dan mematikan ponselnya membiarkan Imam yang masih belum dirinya konfirmasi.

Dirinya belum halal untuk lelaki itu. Untuk apa saling mutual?


"Tidak banyak yang kamu tahu, tidak satu pun orang lain yang tahu begitu heningnya kagumku padamu dan biarkanlah ini menjadi urusanku."


Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah berkata, "Tidak halal seorang wanita mengobrol terlalu lepas dengan laki-laki yang bukan mahram, karena ini akan membawa kepada fitnah (kerusakan)."
(Liqa asy-Syahri no. 45).

Imam untuk Gladysa✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang