21. kesalahan besar

200 34 5
                                    

jAnGAn LupA vOtEe

21. kesalahan besar

ʕ •ᴥ•ʔ

"Apa yang akan kamu lakukan jika aku ikut menyerang lagi?"

Zein dan Ziva mereka berdua sedang duduk di balkon kamar, sembari melihat matahari terbenam. Ziva duduk bersandar pada bahu Zein

"Kamu--."

"Engga, aku cuma mau tau jawaban kamu aja sayang. "

"Jika suatu saat nanti kamu melakukannya lagi, aku akan benar-benar menyerah, aku akan pergi. "

"Kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya aku akan pikirkan nanti. "

"Aku tau kamu sudah dewasa lebih dariku Zi, jadi aku mohon sama kamu agar terus berada di sampingku nanti dan seterusnya."

Zein menatap dalam wajah Ziva, "aku ingin jika aku membuat kesalahan lagi, aku mau kamu memaafkan ku. "

"Itu sesuai kesalahan kamu apa Ze, jika kesalahan kamu sudah benar-benar fatal, mungkin aku tidak bisa memaafkan mu lagi. "

"Sayang, aku mohon maafkan lah. "

"Kesalahan apa yang akan kamu lakukan Ze? Sampai kamu memohon seperti itu?"

"Aku tidak tahu kesalahan apa itu, tapi aku mohon maafkanlah. Karena aku tidak bisa hidup tanpamu. "

"Ga usah lebay Ze, nyatanya sudah tujuh belas tahun kamu hidup tanpa aku. "

"Intinya aku sayang kamu, I love You. "

"I hate you. "

"Sayang."

ʕ •ᴥ•ʔ


"Sayang aku pamit ya mau kerja. " Zein menghampiri Ziva yang sedang duduk dimeja belajarnya, dia sedang menulis sebuah cerita

semenjak kecelakaan itu, kini Zein juga diperintahkan untuk mengelola perusahaan sang ayah. tapi entah dia melakukan atau tidak.

"Pulangnya jam berapa? " Ziva menoleh menatap suaminya, "kamu ga usah nungguin aku, kamu langsung tidur aja. Ini juga udah jam delapan, jangan terlalu dipaksa untuk menulis cerita Zi. "

"Iya tapi kamu pulang jam berapa? Jangan bikin aku khawatir. "

"Aku ga pulang, pagi-pagi aku baru pulang kayaknya. "

"Kamu kerja apa? "

"Aku kerja di kantor papa, tadi papa nelpon suruh aku ke sana. Katanya ada beberapa berkas yang harus aku urus. "

"Ya udah hati-hati, aku ga suka ya kalo kamu bohong. "

Zein mengecup setiap rinci wajahnya dan yang terakhir bibirnya, "pasti nanti aku kangen sama kamu. selama ga ada aku, selalu bahagia ya." Ujarnya

"Lebay deh, orang kamu pergi sebentar."

"Ga lebay,Orang beneran juga."

"Ya udah sana berangkat pasti udah ditungguin sama papa, Hati-hati Ze. "

"Iya sayang."

ʕ •ᴥ•ʔ

" Sesuai rencana, kita jalan."Suara lantang terdengar memimpin pasukannya untuk menyerang, dia adalah Zein. Dia pamit bukan untuk bekerja tapi untuk menyerang, sudah benar-benar keterlaluan. Zein melupakan janjinya .

"GARDA." teriaknya memimpin jalan paling depan

"GARUDA JAYA JAYA, GARDA TERDEPAN " seru anggotanya

ZivannaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang