Comparison

4.3K 575 40
                                    

"Kau yakin nggak terjadi sesuatu Tae?" Yuta mengikuti Taeyong yang mendudukkan diri di sofa ruang tamu Asrama lantai lima. Hening. Dingin di luar turut merasuk ke dalam, seolah mendramatisir suasana penuh kecemasan yang melingkupi mereka.

Taeyong menatap balik Yuta, kemudian tatapannya beralih pada Jaehyun dan Taeil yang juga menunggunya memberi jawaban.

"Sopir taksinya bilang nggak ada apa-apa, Haechan cuma mabuk berat sampe akhirnya tepar," Johnny lebih dulu membuka suara mewakili sang leader. Perhatian berpindah terpusat pada Johnny karena Taeyong justru menyandarkan tubuh dan kepala pada sandaran sofa lalu terpejam, raut lelah tidak bisa disembunyikan dari wajahnya. Wajar saja, dia bahkan baru pulang dari studionya ketika keributan terjadi.

"Nggak ada yang perlu dikhawatirin," ujar Johnny menenangkan yang lain.

"Tapi dia nggak pernah gini, kalo dia mabuk berat pun biasanya masih sempet ngabarin minta kita jemput di depan." Jaehyun tetap merasa ada yang aneh dengan situasi sekarang ini. Bukan mengharapkan sesuatu buruk terjadi pada adiknya, dia sangat lega ketika mereka mendapati sebuah taksi tepat di depan gedung Apartemen dengan Dong-hyuck di dalamnya, hanya saja hatinya berkata ada sesuatu yang lain. Kelegaan itu tidak sepenuhnya memenuhi hatinya.

Yang lain juga sebenarnya berpikiran sama. Mereka semua tau bagaimana Dong-hyuck, maknae mereka itu tidak akan membiarkan orang lain mengkhawatirkannya. Fakta itu cukup untuk membuat mereka berpikir sesuatu telah terjadi, tapi mereka juga tidak mungkin membiarkan pemikiran buruk menguasai mereka, toh kadang kenyataannya memang tidak sejauh itu. Hal buruk yang terbersit itu hanya kekhawatiran yang berlebihan.

"Jangan mikir aneh-aneh, Dong-hyuck udah pulang dengan selamat. Baiknya sekarang kita balik tidur," titah Taeil didukung persetujuan dari Johnny dan Taeyong yang langsung berdiri. Taeil turut mengajak Sungchan juga Shotaro yang baru saja keluar dari kamar Dong-hyuck dan Johnny.

Sementara itu di kamar Dong-hyuck dan Johnny, Doyoung baru saja selesai mengganti baju Dong-hyuck yang terkena muntah. Dia menarik selimut hingga bagian dada, Dong-hyuck sendiri sama sekali tidak terusik oleh itu.

"Nggak apa-apa," Doyoung berkata pada Mark dan Jungwoo yang sama-sama tengah menatap Dong-hyuck dengan raut cemas.

"Besok kamu awasin dia terus, suruh banyak minum air putih juga," ujar Doyoung pada Mark yang masih setia menatap wajah damai Dong-hyuck. Mark hanya mengangguk patuh.

"Kalian mau tidur sama Haechan-ie?" tanya Johnny dari ambang pintu.

"Enggak ada! Ayo." Doyoung menarik tangan Jungwoo dan Mark untuk keluar. Meski sepertinya keduanya ingin, tapi hyungdeul tidak akan mengizinkan. Mereka semua butuh istirahat yang cukup karena kegiatan padat yang sudah menanti.

Pagi jam sembilan Dong-hyuck menyeret kakinya mengimbangi langkah Mark menyusuri koridor Apartemen. Langkahnya tertatih-tatih akibat efek mabuk yang masih tersisa. Matanya yang sayu terlihat jelas di antara masker dan bucket hat yang menutupi wajah pucatnya

"Mark," suara serak nan lirih Dong-hyuck berhasil membuat Mark yang beberapa langkah di depannya menoleh, lelaki Kanada itu kemudian berhenti guna menunggu Dong-hyuck.

"Jangan cepet-cepet jalannya," protes Dong-hyuck merengek.

"Yang lain udah nunggu di bawah. Lagian aku nggak cepet, kamu aja yang lelet. Udah tau jadwal lagi padet, malah minum sampe hangover," omel Mark. Dia merangkul bahu Dong-hyuck, menopang tubuh lemas yang lebih muda agar berjalan dengan benar.

"Namanya khilaf," balas Dong-hyuck seadanya. Tangannya terangkat untuk memijat pelipis, berharap sakit yang mendera kepalanya menghilang. Jika sudah begini Dong-hyuck menyesal tidak menahan diri semalam.

Off Cam | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang