Meet Up

3.8K 458 51
                                    

"Chan." Panggilan dari Hae-min membuat pandangan Dong-hyuck yang semula mengamati pintu masuk restoran beralih pada lelaki di hadapannya. Tanpa bersuara dia melayangkan ekspresi tanya yang langsung dipahami Hae-min.

"Orang yang ngecek rumah kamu bilang semuanya aman dan perusahaan bakal ngajuin tuntutan buat orang itu besok. Katanya proses hukumnya nggak akan ribet karena semua buktinya jelas menunjukkan pelanggaran privasi," terang Hae-min langsung pada inti. Tatapannya terfokus pada Dong-hyuck yang masih belum membuka mulut sejak mereka memilih membicarakan hal ini di restoran hotel tempat mereka singgah.

Dong-hyuck menunduk, menatap telunjuknya yang sedang menggambar pola abstrak pada permukaan meja kayu di hadapannya. Sedikit menyalurkan perasaan gundahnya. "Ibu dan adik-adikku pergi ke rumah nenek, mungkin menetap untuk beberapa hari di sana. Aku nggak meragukan proses hukum yang diambil, aku tau putusan akhirnya pasti adil dan hukumannya akan setimpal."

Jeda sejenak, Dong-hyuck mengangkat kepalanya membalas tatapan Hae-min. "Tapi aku nggak bisa berhenti khawatir ngeliat fakta apa yang terjadi kemarin sangat memengaruhi keluargaku Hyung. Terutama adik bungsuku, dia ketakutan Hyung. Aku masih nggak yakin apa setelah ini semua bakal berakhir. Apa kejadian kemarin bakal jadi yang terakhir? Aku sangsi dengan itu."

Hae-min mengerti keresahan Dong-hyuck, dan dia tau apa jawabannya. Jawaban untuk pertanyaan 'apa semua bakal berakhir?' Tidak. Mau berpikir se-positif apapun, itu kemungkinan yang tidak bisa dielak. Akan tetapi dia tidak mungkin mengatakan itu secara gamblang pada Dong-hyuck, apalagi di saat sekarang ini.

"Chan, fokus aja sama apa yang terjadi sekarang ya. Kita bisa berusaha biar kejadian kayak gini nggak terulang lagi. Hyung tau ini berat, tapi kita pasti bisa ngadepinnya. Hyung tau kamu bisa, " ucap Hae-min diakhiri senyum meyakinkan.

"Ah, hyung juga mau ngasih tau info soal orang yang udah neror adik kedua kamu. Proses hukumnya udah selesai, dia udah dapet sanksi dan udah bikin surat perjanjian juga," Hae-min berucap sembari mengutak atik tab di tangannya kemudian mengangsurkan benda itu pada Dong-hyuck.

Mata Dong-hyuck mencermati rentetan kata dalam layar, dia lantas mengangguk setelah memastikan semua sesuai dengan apa yang dia harapkan. Satu masalah Dong-hyuck selesai sudah.

"Syukurlah," kata itu keluar begitu saja, tangannya mengembalikan tab itu pada pemiliknya.

"Ya udah, ayo kita ke atas. Kamu harus istirahat, empat jam lagi kita berangkat ke pantai buat pemotretan." Hae-min lebih dulu berdiri setelah memasukkan benda-benda yang sempat dia keluarkan ke dalam tasnya.

"Hyung, aku mau pergi sebentar boleh ya." Permintaan Dong-hyuck menghentikan pergerakan Hae-min yang sudah siap meninggalkan kursinya.

"Kemana?"

"Cari angin sebentar, aku bener-bener butuh," ujar Dong-hyuck dengan tatapan memohon.

Hae-min menggigit bibirnya bimbang. "Sendiri?"

Dong-hyuck mengangguk. "Aku butuh waktu sendiri, boleh ya Hyung."

Hae-min ingin menolak, tapi melihat mata lelah Dong-hyuck benar-benar membuatnya tidak tega. Dia menghembuskan napasnya pelan sebelum menjawab, "Pake masker dan topimu, jangan sampe ada orang yang ngenalin kamu. Pastiin ponselmu aktif, hubungi hyung kalo ada sesuatu dan jangan berani-berani abai kalo hyung telepon."

Senyum di wajah Dong-hyuck seketika mengembang. "Siap, gomawo Hyung!" serunya kemudian bergegas pergi.

Hae-min hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah Dong-hyuck, bocah itu bahkan tidak kepikiran untuk membayar minuman yang baru saja dia tandaskan. Dasar.

Off Cam | HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang