"Wae Dong-minie?"
"Kenapa lama banget angkatnya Hyung." Balasan Dong-min yang diselingi isakan membuat Dong-hyuck terkesiap.
Wajahnya yang semula santai menegang. "Ada apa? Kenapa nangis?"
Suara grusak-grusuk di seberang membuat alis Dong-hyuck bertaut. Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Batin Dong-hyuck gelisah.
Detik berikutnya justru telinga Dong-hyuck menangkap suara Duck-hwan yang terdengar samar. "Hyung udah bilang jangan telfon Dong-hyuck hyung, Dong-minah"
"Yaeoboseyo!" Dong-hyuck sedikit meninggikan suaranya, menyadarkan kedua adiknya yang sedikit bersitegang.
Di Ilsan sana Duck-hwan sedang menatap tajam adiknya, tangannya mencengkeram ponsel yang baru saja dia rebut. Sementara Dong-min hanya bisa menunduk takut dengan isakan yang masih tersisa.
Mendengar suara Dong-hyuck membuat Duck-hwan akhirnya mendekatkan ponsel itu ke telinganya, dia menghela napas sebelum menjawab, "Ya Hyung?"
"Hyung dengar. Jangan ngajarin Dong-min nyembunyiin masalah Duck-hwanah. Apa yang terjadi? Kalian baik-baik aja kan?" Ucapan Dong-hyuck bernada tegas, namun juga kentara dipenuhi kekhawatiran.
"Mianhae Hyung. Kami baik-baik aja tapi.... "
"Jangan mancing kesabaranku Saeng." Dong-hyuck benar-benar berusaha menahan emosinya yang mulai naik karena Duck-hwan terus mengulur penjelasannya. Matanya mengedar mengamati sekitar, memastikan tidak ada seseorang yang memperhatikan perubahan emosinya. Akan buruk jika dirinya kelepasan di sini.
Hembusan napas kasar terdengar jelas keluar dari mulut Duck-hwan, nada bicara Dong-hyuck menjadi pertanda mutlak bahwa dia tidak bisa mengelak lagi.
"Tadi waktu Dong-min pulang, ada perempuan asing yang lagi berusaha masuk rumah kita. Dong-min ketakutan, orangnya kabur dan sekarang aku lagi di pos keamanan buat nyari tau orangnya." Pada akhirnya bocah sembilan belas tahun itu menjelaskan secara singkat apa yang terjadi.
"Kau serius?!" Mata Dong-hyuck membulat mendengar perjelasan Duck-hwan. Jantungnya seketika berdetak lebih cepat, perasaannya kalut hingga bahkan kepalanya berdenyut sebab pikiran-pikiran buruk yang mulai terlintas.
Dong-hyuck terdiam sejenak guna menenangkan diri. Ini bukan saat dan tempat yang tepat untuk dirinya panik.
Kendalikan dirimu Dong-hyuckah, sugestinya dalam hati.
"Tapi kalian sungguhan nggak apa-apa? Eomma-Abeoji gimana?"
"Kami beneran baik-baik aja Hyung. Eomma-Appa lagi keluar, mereka ada janji makan malem bareng rekan Appa jadi mereka belum tau. Jangan terlalu khawatir, situasinya udah aman sekarang." Duck-hwan berkata dengan tenang, dia tidak mau membuat hyung-nya cemas belebihan.
Meski belum jelas siapa pelaku yang berniat menerobos kediaman keluarga Lee, pikiran mereka sudah mengarah ke satu sisi. Melihat bahwa yang melakukannya adalah seorang perempuan sudah menjadi petunjuk kuat bahwa orang tersebut adalah oknum berkedok penggemar yang sedang berusaha melewati batasnya. Bukan hal yang sulit untuk menebak itu.
"Hyung akan usahakan pulang secepatnya. Hyung akan usut masalah ini juga." Sebagai anak pertama, rasa tanggung jawab untuk melindungi keluarga sudah tertanam kuat dalam diri Dong-hyuk sejak kecil. Meski dia tau, ini bukan sepenuhnya tanggung jawabnya, tapi secara naluri dia sudah berpikir cepat untuk menemukan jalan keluar atas masalah yang terjadi.
"Duck-hwanah tolong jaga keluarga kita selagi hyung nggak ada ya," sambungnya. Dong-hyuck menyadari betul ketidakmampuannya untuk berada bersama keluarganya, mau tidak mau itu menimbulkan kekhawatiran tersendiri baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Off Cam | Haechan
Fanfiction"Becoming an idol is not as easy as it looks." @fingerluv Start : 10/07/2022 End : 25/04/2023