Diwajibkan vote untuk bisa membaca cerita ini, karena minthor bisa sewaktu-waktu memprivate cerita.
************************************
London sampai di depan unit dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Ia terus mengetuk pintu yang terbuat dari baja itu.
"Mey, Mey buka pintunya Mey."
hampir lima menit London berdiri dan Mey tak kunjung membukakan pintu.
"Argh shit!" London mengerang kesal, berjalan mondar mandir mengacak rambut berulang kali.
Ide muncul ketika melihat seseorang masuk ke unit lain dengan bermain ponsel.
"Kenapa aku tidak menelpon Mey saja?"
London pun mengambil ponsel disaku untuk menghubungi Mey.
"Hallo,"
"Mey, aku sudah di depan."
"Oh, masuk saja. Kau memiliki access card-nya bukan?"
Double mistake! London menepuk jidatnya menyadari kebodohan. mengapa dia melupakan tentang akses kartu yang pernah di berikan Luna?
"Oke,"
Untung saja kartu tersebut berjejer dengan kartu lain di dalam dompetnya.
Pria hitam itu langsung masuk begitu pintu terbuka.
Di dalam kamar, Mey berjalan mondar-mandir memastikan tidak ada suara yang mampu membuat Luna kembali berteriak histeris.
London datang dengan langkah tergesa, bahkan langkah kakinya hampir membuat kegaduhan, Mey terpaksa menghentikannya di depan pintu.
"Apa yang terjadi?"
Mey menarik tangan London keluar kamar, dan saat ini mereka duduk di sofa ruang utama dengan Mey memijat kening.
"Mey,"
"Saat aku datang, Luna berada di kamar mandi dengan keadaan memprihatinkan. Duduk memeluk kaki lebih parahnya dia juga melukai tangan, kaki dan lehernya."
Kedua mata London tampak mendelik, sepertinya dia tidak percaya dengan cerita sahabatnya.
"Luna juga berteriak meminta tolong dan mengatakan aku mohon jangan."
"Seriosly?"
Mey geram melihat wajah London yang khawatir tapi seakan itu terlihat lucu.
"London! Wajahmu tidak menunjukan kepedulian."
"Why? wajah ku memang terlahir cute."
Mey melempar bantal ke arah London.
"CK, aku rasa semalam telah terjadi sesuatu dengannya.""Wait! Bukan kah semalam kalian berdua janjian untuk pergi makan?"
Mey menggeleng, "Aku datang ke pameran seni."
London memegang kepala, mengacak rambut.
"Jika tahu akan seperti ini, kau bisa meminta ku menjemput Luna."
"Aku mana tahu London!"
"Oke lupakan! Sebaiknya kita bawa Luna ke rumah sakit, takutnya semalam dia di rampok atau di perkosa? Maybe?" Ucap London mengangkat kedua bahu.
Meychan juga berfikir demikian saat melihat kissmark yang tidak terlalu jelas di bagian leher. Namun Mey tidak mau berprasangka buruk sebelum mendengar langsung dari Luna.
Melihat Mey yang melamun, London melambaikan tangan menyadarkan alam bawah sadar Meychan.
"Mey, Mey."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lunarios (END)
Fantasy🔞 WARNING!! 🔞 area 21+ banyak adegan dewasa, kata-kata kasar bernada umpatan dan adegan BDSM! tolong kebijakan dalam membaca jika belum berusia 21, harap skip atau dosa di tanggung penumpang! 🤪 Lunara adalah seorang anak yang tidak jelas asal us...