55. Make love

8.8K 254 46
                                    

Zevaldo tengah berjalan sendirian menyelusuri koridor gedung fakultas kedokteran. Dengan gaya cool -nya, ia tetap menatap lurus kedepan, sesekali matanya berkeliling mencari keberadaan perempuan yang ia cari.

Setelah matanya sudah menangkap keberadaan Claazora, senyum tipis zevaldo mengembang. Perempuan itu tidak pernah berubah, dimana Claazora tidak terlalu fokus pada langkahnya tetapi malah asik dengan buku di tangannya. Kebiasaan yang membuat zevaldo mudah mengenali Claazora.

Ia sedikit berlari kecil menghampiri perempuan itu, namun, langkahnya langsung berhenti saat itu juga setelah melihat langkah Claazora di hadang oleh Gibran. Zevaldo semakin mendekat kesana. mungkin ini bukan pertama kalinya zevaldo selalu memergoki Gibran yang ingin bertemu dengan claazora hanya berdua saja.

"Selamat pagi, cantik."  Tangan zevaldo mengepal keras mendengarnya.

"What? " Singkat Claazora memasang ekspresi dinginnya.

Terlihat dengan jelas bahwa disana Gibran merendahkan wajahnya untuk sejajar dengan wajah Claazora, "Gue cuma mau ngingetin ke Lo, mungkin waktu itu Lo bisa selamat karena zevaldo. Maybe, next time gue nggak akan biarin Lo gitu aja, apalagi setelah Lo buat gue masuk rumah sakit."

Mendengar itu Claazora terkekeh remeh, ia mendorong dahi Gibran dengan jari telunjuknya, "Stupid boy, " memasang kembali wajah dinginnya. "Harusnya Lo bersyukur karena zevaldo biarin Lo selamat di tangannya. Dan yah, maybe, next time kalau zevaldo lihat Lo bertingkah lagi, gue yakin bukan rumah sakit lagi tempatnya, tapi langsung tanah kuburan buat Lo."

Zevaldo yang mendengarnya sedikit terkejut karena kalimat berani Claazora, namun walaupun begitu, ia tetap mengagumi sosok perempuan itu. Bahkan zevaldo sampai merasa terkesan, akhir-akhir ini Claazora memang mulai bersikap berani pada apapun.

"Don't remember, ketua BEM yang terhormat. Sebrengsek apapun Lo, selicik apapun Lo, Lo nggak akan pernah bisa melawan zevaldo. Dia bukan tandingan Lo." Peringatnya

Gibran juga malah tersenyum miring ke arah Claazora, "Sepanjang apapun sejarah ketua geng motor berandalan itu, dia juga nggak akan bisa ngalahin gue. President BEM? Dia nggak akan punya tempat buat posisi itu–"

"Ghost! Who are you? Lo cuma takut kalah saing, Zevaldo bukan Lo, dan Lo– bukan zevaldo. Lo aja kalah pukul kemarin, tapi gue saranin sih, cepetan deh kenalan lagi sama zevaldo, biar Lo tahu kalau ketua geng motor berandalan yang Lo bicarain itu nggak mudah buat Lo hadapin." Membuat Gibran semakin tidak terima, pemuda itu memang cepat naik darah. Apalagi perihal musuhnya.

"Kalau gitu kita lihat, gimana cara zevaldo bisa rebut posisi gue sebagai presiden BEM." Lagi-lagi seringai Gibran muncul, tangannya terulur mengusap lembut puncak kepala Claazora, "Dan gue juga mau lihat, sehebat apa cowok yang Lo bangga-banggain itu. But, gue cuma mau Lo have fun aja, kalau gue menang. s*x with me."

Di persembunyiannya, mati-matian zevaldo menahan amarahnya agar tidak memuncak. Tangan itu, tangan Gibran, zevaldo ingin memutusnya karena telah berani menyentuh perempuannya. Dan mulut itu, mulut yang mengajak perempuannya untuk hs, zevaldo ingin mencambik-cambiknya.

"Sure! Tapi kalau Lo kalah Lo juga harus berhenti buat ganggu gue. Balik ke istri Lo, dan Alice? Gue pikir Lo harus lepasin selingkuhan Lo itu."

"I don't fucking care, Claazora. Lo cukup pegang ucapan Lo aja, gue harap Lo nggak melarikan diri."

Malah Claazora yang melangkah lebih dekat sambil tersenyum miring, "I can't waiting for it, bastard boy."

Gibran menatap tajam Claazora, mungkin, gibran sudah tidak ada harga dirinya lagi bagi claazora. Namun walaupun begitu, hal itu membuat zevaldo merasa puas. Claazora memang sungguh membuatnya bangga.

Dangerous Twins | 21+ [ ENDING ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang