68 : Selamat tinggal

3.4K 199 110
                                    

Three months later..

Zevarro dan Zemora tengah asik bercanda di kursi panjang tengah taman kota. Perut Zemora sudah sangat besar, hal itu yang selalu membuat Zevarro menatap gembira berkali-kali. Sebentar lagi, dirinya akan menjadi sosok ayah. Tak sabar ingin bertemu dengan ketiga anaknya. Zevarro sangat sangat menunggu kedatangan mereka.

"Var, mau main ayunan." Sontak Zevarro menatap Zemora.

"Nggak. Yang lain aja." Tolaknya. Bukan apa-apa, Zevarro hanya tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, walaupun Zemora sedang bersama dirinya.

Zemora hanya mengerucutkan bibirnya kecewa, "Mau ayunan! Pokoknya mau main ayunan!" Rengeknya yang tak putus asa.

Laki-laki itu hanya bisa mendengus, ia beranjak berdiri. Dengan sangat terpaksa menerima rengekan istrinya itu. "Pelan-pelan aja tapi ya?" Mengulurkan tangannya

Zemora pun menerima uluran tangan itu dengan sumringah di wajahnya, "Siap bos."

Zevarro pun menggandeng tangan Zemora menuju ayunan di bawah pohon besar yang tak jauh dari mereka. Satu bulan terakhir keinginan Zemora memang di luar dugaannya, dan mau tak mau Zevarro pun harus mengabulkannya walaupun sesuatu yang di inginkan Zemora sangat berbahaya dan butuh pengawasan dari suaminya.

Sesampainya di area ayunan, perlahan Zemora mendudukan bokongnya di sana dengan memegangi perut besarnya. Zevarro yang ada di belakangnya pun memegangi ayunan tersebut.

"Ayo, dorong sayang."

Perlahan, Zevarro mulai mendorongnya. Dorongan itu lambat, menjaga temponya agar tidak membahayakan Zemora.

"Ini maunya mereka tahu, var. Bukan aku."

Zevarro malah terkekeh, "Mau mereka atau kamu, aku juga bakal turutin kok."

Dengan senyum di wajahnya Zemora mendongak ke belakang, "Kalau aku mau mereka tanpa hilang satu aja, kamu mau kabulin?"

"Hm. Mulai lagi kan. Mereka semua bakal lahir dengan selamat, sayang. Mereka harus tahu kalau mereka lahir dari perut wanita yang hebat." Zemora blushing, menundukkan kepalanya di tengah ayunan yang lambat itu.

Hening sejenak. Zemora sibuk menikmati angin sepoi yang menerpa kulitnya itu. Serta ayunan yang begitu membuat Zemora tenang. Berbeda halnya dengan Zevarro, yang hanya menatap punggung Zemora dari belakang. Entah kenapa, semakin di pikirkan, semakin membuat Zevarro ketakutan.

Memikirkan Zemora yang akan meninggalkannya saja ia tidak sanggup. Entahlah pikiran Zevarro dengan cara menggelengkan kepalanya. Zevarro tidak ingin itu terjadi.

Hari ini juga permintaan zemora, perempuan itu keluar jalan-jalan menghabiskan hari bersama suaminya juga keinginannya. padahal besok, zemora harus rawat inap untuk persiapan persalinannya. Bukannya istirahat, Zemora malah ingin menghabiskan waktu sebelum ke rumah sakit.

"Udah ya? Bentar lagi gelap."

Zemora tidak menggubrisnya, tanpa sepengetahuan Zevarro. Ia memegangi perutnya dengan meringis kesakitan. Perutnya sangat sakit, begitu sakit sampai wajahnya langsung memucat.

Tidak mendapati istrinya membuka suara, Zevarro langsung menghentikan dorongannya, "Sayang.."

Zevarro melotot setelah tahu apa yang ia lihat. Darah segar mengalir begitu deras di kaki Zemora. "Zemora! Sayang! Kamu kenapa?" Paniknya yang langsung mengangkat tubuh Zemora.

Tetapi di gendongannya, Zemora sudah terlanjur tak sadarkan diri. Membuat Zevarro semakin khawatir di buat.

"Please, buka matanya. Sayang!" Ia masih berlari menuju mobilnya.

Dangerous Twins | 21+ [ ENDING ] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang