Eleventh Chapter

489 36 4
                                    

"Ya gitu deh ceritanya. Aduh gue muak!" Aku meneguk habis minum yang diberi Gilang, haus juga habis bercerita. Dan sekarang aku berada di kamarnya Gilang.

"Kurang ajar juga sih kembaran lo, siapa namanya? Naoki?"

"Au."

"Tapi tetep aja, lo tadi kasar loh."

"Terus, kenapa?"

"Tetep aja lo paling muda di keluarga lo. Lo gak berhak muak sama mereka."

"Cih, gara-gara lo abang, lo sok ngerasa ngerti perasaannya Naoki?"

"Bukan gitu. Sebenernya gue juga muak sih kalo jadi lo."

"Nah, kan."

"Tapi sebelum ke rumah lo, gue berhasil nemu jawaban mimpi gue."

"Hah, serius?" Aku menatapnya dengan tatapan penuh harap. Ia melemparkan tumpukan kertas ke hadapanku.

"Tuh, cari aja yang gue buletin pake tinta merah. Biar lo tau gimana terkurasnya otak gue."

"Ck, lebay." Kataku sambil membaca-baca terkaan Gilang.

"Dan, gue harap lo percaya sama terkaan gue. Karena yang gue buletin pasti bener—"

"HELL! SUNGGUHAN?!" Aku melototi kertas malang itu. "'Kemampuan ditangkal kembaran. Apabila yang memiliki kemampuan berbuat baik dan didasari keikhlasan, maka berakhirlah'?! Jangan bercanda lo!"

"Otak gue buntu, lagian coba aja gak ada salahnya. Siapa tau bener." Aku menatap kertas itu lagi.

"Udahlah, belajar aja. Tujuan gue kesini mau belajar fisika. Ergh."

—-

"Mau diajarin yang mana lagi?"

"Ah, gue gumoh Lang. Break dulu dong. Ya?" Aku menatapnya dengan tatapan memohon.

"Ck, yaudah deh. Gue juga capek ngulang empat kali dulu biar lo ngerti."

"Kesannya gue di mata lo bodoh banget?"

"Ya, gak juga sih."

"Gue pinter, asal lo tau. Tapi gue benci fisika."

"Orang pinter kok milih-milih pelajaran. Aneh sih lo."

"Lah, terserah dong, yang make otak gue ya gue ini, bukan lo."

"Yaelah, sensi banget sih lo jadi cewek."

"Maklumin dong, namanya juga cewek."

"Gilang, ajak Naomi makan dulu, Lang!" Tante Gita berteriak dari arah dapur.

"Iya, Ma!" Gilang balas berteriak. "Ayo keluar." Aku mengangguk.

—-

"Gimana sekolahnya, Naomi, Gilang?"

"Biasa aja Tan."

"Biasa aja Ma."

"Cie, sehati banget deh kalian!" Sorak Anggi. Duh...

"Ogah banget sehati sama Gilang." Kataku refleks.

"Hahaha, kalian ini. Yaudah, makan dulu, Nao. Kalian nanti lanjut belajar lagi kan?"

"Iya, Ma. Dia ini otaknya lemot parah." Aku menginjak kakinya. "Woy!"

"Gilang... Gilang. Jahat banget emang kamu jadi cowok." Tante Gita geleng-geleng kepala.

"Iya nih Tante, anaknya jahat banget!" Aku pura-pura cemberut.

"Lah Nao, lo cemburut makin lucu deh." Kata Gilang.

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang