Seventeenth Chapter [REPOST]

476 39 6
                                    

"Kalian ngomongin Bara?" Aku dan Gilang menoleh, mendapati Bara dengan raut muka kesal, berdiri di ambang pintu rooftop.

"Iya." Sahut Gilang datar. "Lama gak ketemu, sob."

"Sab sob sab sob. Bara!" Pekiknya.

"Chill dude, chill." Ucapku pelan.

"Bara denger ya. Dasar lo cewek setan. Berani-beraninya lo buka rahasia Bara. Bara kesel banget sama lo."

"Dih, apaan sih. Makanya kalo punya rahasia dijaga serapet mungkin. Gak usah pake 'bye ciiin'. Huwek. Enek." Kerahku langsung ditarik oleh Bara.

"Woy, Bar!" Seru Gilang.

"Heh, cewek setan. Gue ingetin lo sekali lagi ya. Kalo lo ganggu kehidupan gue lagi, gue pastikan lo gak akan pulang ke rumah." Dari nada bicaranya sih, sisi machonya keluar.

"Dih, siapa juga yang mau pulang ke neraka, eh rumah." Bara terbelalak.

"Jadi, lo juga punya masalah rumah?" Aku mengangguk. Dan aku bernafas dengan tenang lagi, Bara melepaskan cengkramannya. Dia menahan tangis!

"Kenapa lo?" Tanyaku.

"Kalo gitu... KITA SAMA! HUAAAA." Ia langsung memelukku. Buset dah. Gak nyadar diri. Meluknya kenceng banget!

Eh iya. Bara kan cogan ya. Berarti aku dipeluk cogan.

AKU DIPELUK COGAN?

AKU DIPELUK COGAN!

Refleks aku memeluknya balik, berusaha menenangkannya. Iya, cowok ini nangis.

"Sabar ya Bar, gue tau rasanya kok. Tapi kita gak boleh nangis. Oke?" Ia melepaskan pelukannya. AAAAA, KENAPA? Oke, stay calm.

"Gak tahan tau... em, siapa nama lo?"

"Naomi."

"Gak tahan tau Nao. Bara bosen kena sasaran Papa mulu. Bara bosen denger Mama nangis mulu. Bosen. Kesel. Ih!"

"Malu kali ama umur. Udah mandi sendiri ngocehnya sama kayak ditinggal sendirian di rumah." Gilang mulai sewot. Bara menatapnya sinis.

"Ih, elo. Ngapain sih ikut campur urusan Bara?! Jauh-jauh sana, hush!"

Gila, ini anak lekongnya gak ketulungan.

"Mau nyampe kapan sih lo begini?" Tanya Gilang.

"Sampe mati." Aku bergidik ngeri. Ya kali nyampe mati mau jadi bencong? Beneran rusak ini anak otaknya.

"Berubah dong Bar. Kalo lo macho kan banyak yang naksir elo." Ucapku asal.

Keceplosan, sungguh. Kuharap ia tidak punya niatan untuk membunuhku.

"Emang apa enaknya disukain orang?" Tanya Bara dengan tampang songong.

"Apa ya? Jadi lebih bahagia menurut gue." Mata Bara berbinar.

"Seriusan, kalo Bara macho Bara bisa bahagia?"

"Naomi jarang bercanda, Bar. Serius mulu dia mah." Kata Gilang.

"Dih, yang sering bercanda marah dah." Kataku sinis. "Gue serius kok Bar."

"Jadi... mulai kapan gue bisa macho?" Tanya Bara to the point.

"Pertama, lo aslinya macho. Kedua, gaya bicara lo yang tadi udah mulai macho. Ketiga, jangan sampe kegoda liat yang girly girly!" Perintahku. Sebenarnya, apa sih yang kuketahui tentang kemachoan cowok. Ini seratus persen ngasal.

"Kalo gue macho, lo bakal suka sama gue?"

Deg.

Suaranya. Macho. Banget. Kulirik wajahnya, dan sama seperti suaranya, tak ada kesan gemulai.

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang