Second Chapter

855 58 10
                                    

1 bulan kemudian, setelah Ayah dan Ibuku menikah kembali, aku memulai sekolahku kembali. Karena mimpi yang aku alami selama aku koma, aku ingin mengurangi pengetahuanku tentang wajah dan nama orang-orang. Entah mengapa itu semua terasa nyata, sehingga aku menghindar sekolah lamaku. Ya, aku berpindah sekolah.

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru!" Ucap wali kelasku dengan heboh. Aku berharap teman sekelasku yang sekarang semuanya tak ada yang mau berteman denganku, tetapi...

"Wah, siapa nama lo?"

"Hey, ayo kenalin diri!"

"Gue gak sabar denger cerita lo!"

"Ayolah, Bu, kasih dia kesempatan untuk ngenalin diri!"

Sialnya, mereka semua ramah.

Waktu istirahat tiba, aku memasukan buku-bukuku dan berencana untuk pergi ke rooftop sekolah untuk memakan bekalku disana. Sialnya, teman sekelasku semuanya mengerubungi tempatku.

"Hey, nama lo Naomi Arata, ya kan?"

"Naomi punya keturunan orang Jepang?"

"Arata-san, arata-san~"

"Kok, lo gak mirip orang Jepang, Naomi?"

"Makan bekalnya bareng gue, yuk!"

Aku hampir kewalahan meladeni pertanyaan mereka semua, tak ada habisnya! "Emm, semuanya, gue mau sendiri..." Kataku pelan. "Hah? Kenapa, Naomi?" Seorang laki-laki mendekatkan tubuhnya ke tubuhku, sontak aku memukulnya dengan kotak bekalku. Orang-orang yang mengerubungikupun terdiam. Aku menatap mereka semua, lalu berlari ke rooftop dengan kotak bekalku.

Merasakan angin semilir disini sambil memakan bekal, adalah hal terbaik setelah merasakan tinggal dengan orang tua lagi. Sambil memakan bekalku, aku menatap langit sesekali. Aku suka melempar pandanganku ke sekitar. Bukan untuk berjaga-jaga, tapi itu adalah hal favoritku dari kecil dan aku tidak mengerti. Saat melempar pandanganku ke sudut rooftop, aku melihat sesosok hitam yang sedang membelakangiku. Dengan cepat aku menghabiskan bekalku, lalu menghampirinya.

"P-permisi?" Orang itu berbalik badan dan mukanya... tidak ada!

"AAA—" orang itu membekapku. Aku makin takut. Dia mendongak lalu membuka tudung jaketnya. Sial, aku tertipu!

"Abis ngeliat setan?" Tanya cowok itu. Matanya coklat hitam dengan alis yang lumayan tebal dan membuat pandangannya terlihat tajam. Kulitnya putih dengan hidung yang lumayan mancung. Dia melepaskan bekapannya dari mulutku.

"Tergantung. Kalo lo emang setan, berarti emang gue liat setan." Ketusku. Ia tertawa hambar.

"Jadi, Naomi Arata adalah orang yang jutek, sinis dan judes?" Aku menatapnya bingung. "Darimana lo tau nama gue?"

"Jelas dari elo, baka." Dia mengataiku baka! Dalam Bahasa Jepang, itu artinya idiot. Dia bilang aku idiot?! "Lo sekelas sama gue?" Aku berusaha terlihat tenang dan tidak seperti yang dia pikirkan. "Pikirin sendiri, baka." Katanya lalu berlalu pergi.

Aku menatap punggungnya yang menjauh. Tunggu, tadi aku berbicara dengan orang! Untunglah aku tidak menanyai namanya dan dia tidak memperkenalkan dirinya.

Ia terhenti, mendongak ke langit sebentar lalu menghadapku. "Gue Gilang. Gilang Julian." DEG! Dasar laki-laki bodoh... kenapa dia malah menyebutkan namanya? "Jangan bengong, rooftop serem loh." Katanya yang berhasil membuyarkan lamunanku. "Baka," bisikku. "Apa? Gak kedengeran!" Teriaknya. Aku menggeleng. "Salam kenal." Kataku kemudian, ia menatapku bingung lalu bel masukpun berbunyi. Dia berjalan keluar rooftop sementara aku masih terpaku di sini.

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang