Thirteenth Chapter

474 34 12
                                    

"Kenapa... aku telat suka sama Nathan."

"Bye, Naomi!"

"Kenapa Nathan harus pergi?"

"Panggil gue Nathan aja."

"Kenapa harus Nathan?"

"Jangan nangis lagi, Naomi..."

"Kenapa nginget lo bikin gue lemah?"

"... asal lo bahagia."

"Kenapa lo ngingkarin perkataan lo?"

"Naomi-chaaan!"

"Nathan stop! Sakit, gila!" Aku menutup mataku. Kenapa karena Nathan aku jadi lemah?

"Nao, percaya sama gue. Nathan gak bakal suka ngeliat lo kayak gini." Aku meliriknya sekilas. Gilang mengatupkan matanya rapat rapat, dan mengepalkan tangannya. Dia kesal karena aku berteriak-teriak? Entahlah. Aku tak peduli.

"Dia yang bikin gue kayak gini."

"Heran gue, lo keukeuh banget sih jadi cewek. Jarang gue nemu cewek kayak lo."

"Gue juga baru sekali ketemu cowok cerewet!" Aku menjulurkan lidahku.

"Ck, tau ah. Lo mau sampe malem disini?"

"Ada apa aja kalo malem?"

"Karena sepi, ya gak ada apa-apa."

"Iya juga ya."

"Tapi rame loh sebenarnya."

"Lah?"

"Tuh, di atas." Gilang menunjuk langit.

"Maksudnya apa sih?"

"Baka."

"Gue gak idiot!"

"Kalo malem langitnya rame."

"Hah? Beneran?"

"Iya lah."

"Gue tunggu sampe malem, kalo perlu nginep. Awas kalo lo bohong."

"Curigaan mulu."

"Gue capek dibohongin mulu."

"Ya ampun, lo pikir gue tega bohongin lo?"

"Bisa aja!"

"Yaudah lah. Kalo gak percaya tunggu aja entar malem."

—-

"Kenapa harus tutup mata dulu deh? Lebay lo." Kataku. Orang ini benar-benar sok misterius.

"Gue mau buat elo terkesima."

"Ck, sok puitis."

"Oke, buka mata lo."

Ya, di langit ramai. Oleh bintang-bintang cantik yang seakan-akan berlomba menunjukkan keanggunan sinarnya.

"Cantik... cantik banget."

"Gue tau lo bakal suka. Tuh, bintang jatoh!" Aku buru-buru menoleh ke arah yang Gilang tunjuk. Aku memejamkan mataku dengan segera setelah melihat bintang jatuh itu. Ini jarang, mungkin hampir tidak pernah. Ya, tau sendiri kan, langit Indonesia penuh polusi.

Masih menutup rapat mataku merapalkan permohonan yang entah akan terkabul atau tidak, aku merasakan sentuhan lembab di bibirku. Oh, jangan bilang...

"Lo apaan sih?" Aku mundur jauh-jauh.

"Denger, ya, Naomi Arata."

"Apa?!"

"Gue suka sama lo."

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang