"Pertama, pas gue abis dari rooftop dan berniat buat nyari dia, kata Yudha dia udah keluar. Gue langsung lari nyari dia, terus pas lagi di deket kelas sepuluh, ada kerumunan gitu. Pas gue tanya ternyata ada yang jatoh dari tangga. Dan itu si Johan. Dia berdarah-darah tangannya. Kata yang liat sih, kena ujung anak tangga dan dia bisa aja bocor kepalanya tapi tasnya kelempar ke depan, ngelindungin kepala deh." Pesanan Helen datang, ia menyeruput milkshake stroberinya.
"Haus bener." Kataku, melihatnya minum dengan semangat.
"Masih dua cerita lagi." Helen mengaduk-ngaduk milkshake nya.
"Lanjut aja dulu."
"Oke, kedua, dia hampir ketabrak truk pas tadi mau nyebrang ke parkiran."
Oh iya, sekolahku dan tempat parkirnya memang berseberangan. Menyusahkan.
"Gue rasa itu cukup jelas, ketiga?" Desakku tak sabar.
"Ketiga, dia kayak nge-blank gitu pas lagi di perempatan. Gue juga bingung deh kenapa. Lagian udah jelas-jelas lampu merah, dia masih aja nyelonong pake kecepatan lambat pula. Untung gue ngikutin pake motor di belakang. Dan untung dia pake helm. Gue tabrak aja motornya sampe dia mental, daripada ketabrak truk." Aku bergidik ngeri. Kreatif. Sangat kreatif.
"Kreatif Len, kreatif. Saking kreatifnya udah kayak psikopat tau lo." Helen cengengesan, lalu kembali menyeruput milkshake nya. "Udah jam berapa?" Tanyaku saat melihat ia memakai jam tangan.
Aku bisa saja mengecek handphone, tapi yah, malas.
Ia melirik jam tangannya sekilas, "jam setengah lima kurang."
"Waduh, gak berasa banget lo cerita kayak gitu doang ngabisin sekitar satu jam ya." Aku menyeruput kembali coklat yang-tadinya-hangat ku sampai habis. "Cabut ya gue."
"Lo kesini naik apa Nao?"
"Motor lah, apaan lagi? Emang kenapa? Mau nganterin?"
"Ya, enggak sih, gue kesini naik angkot."
"Dan...?" Aku menatapnya menuntut jawaban. Aku percaya ia akan minta tebengan.
"Boleh nebeng?" Tepat. Aku sebelas dua belas dengan cenayang. Ha.
"Hft, di mana emang rumah lo? Jauh gak dari sini?"
"Lima belas menitan sih. Boleh gak? Besok libur ini sih. Lo mau nginep juga gapapa kok!" Aku tersenyum nakal. Tiba-tiba ada ide di otakku.
"Kalo nginep, ada makanan gak?" Bisikku pelan.
"Ada kok! Lo mau makan nyampe lima porsi juga ada!"
"GUE NGINEP!" Teriakku senang. Dan mengundang perhatian pengunjung kafe ini. Aku hanya cengengesan, ceroboh sekali.
"Hahaha, baka." Ugh, aku lupa kalau Helen sering nonton anime. Dan biasanya di anime banyak terselip kata 'baka'. Aku jadi merasa idiot sungguhan.
"Ya, ya, gue emang baka. Pokoknya lo harus ikut dulu ke rumah. Gue ambil baju."
"Sip sip." Aku dan Helen pun keluar kafe dan menuju parkiran.
Akhirnya aku menginap di rumah orang. Sudah kubilang kan, aku muak di rumah.
---
"Lo mau tunggu di luar apa ikut ke dalem?" Tanyaku sambil melepas helm.
"Ada kembaran lo gak?"
"Ada kali, gak tau. Dia pengangguran."
"Kok gak sekolah?"
"Di Jepang akselarasi kali dia, gak tau ah. Gak ngurusin."
"Gue ikut lo masuk ya?" Aku lirik ia sekilas lalu mendengus. Matanya berbinar binar penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange
Genç KurguIni semua dimulai setelah percobaan bunuh diriku. Hai, aku Naomi dan hidupku tidak sebagus namaku. Saat koma setelah percobaan bunuh diri, aku bermimpi akan mendapatkan sebuah kemampuan aneh yang menurutku merugikan sekaligus menguntungkan, dan meng...