Sixteenth Chapter

485 39 9
                                    

"Eh gila! Itu siapa?!" Seru Artha. Aku yang sedang menyeruput es teh manis kesayanganku tiba-tiba tersedak. Jelas saja, ia menepuk—tepatnya menggebuk—punggungku.

"Ada apa sih... HAH? Itu siapa woy?" Tanyaku setengah berbisik.

"Hey guys! Ada yang gue lewatin?" Evelyn datang, bersama Melvina.

"Kayaknya kalian heboh banget." Sahut Melvina

"Shut up dan ambil posisi. Liat arah jam dua!" Kata Artha.

Evelyn dan Melvina menoleh teratur dan...

"MY MY! ITU SIAPA?!" Sorak mereka berdua. Kompak banget kalo urusan cogan.

IYA! ADA COGAN DI SEKOLAHKU!

Aih, hidup.

"Stay calm guys... stay calm..." Ucapku menenangkan jomblo-jomblo kepanasan ini. Si cowok menoleh ke arah kami. "God... DIA NGELIAT KE ARAH KITA!" Seruku. Ah, ternyata aku juga jomblo kepanasan.

"Astaga, astaga. Nao. Nao. Gue cantik belom? Uh, gue udah cantik belom? Rapih udah? Eh, udah rapih?!" Astaga, sampai Artha yang notabene cewek cuek dibuatnya salah tingkah.

Uh, mas. Pesonamu begitu kuat.

"Hai say!" Kami menoleh ke sumber suara. Dan... kecewa, pemirsa! Cowok ganteng disana sudah punya pacar. Mana mau dia melirik keunikan cewek jomblo kepanasan seperti kami?!

"Uh... panas gue. Panas. Es teh dong Nao, es teh!" Aku mengangguk dan menyodorkan es teh ku ke Melvina. Bahkan Melvina kepanasan!

"Oke belakangin makhluk ganteng dan makhluk nista sebelah nya itu, pasang strategi." Ujar Artha dan kami membentuk setengah lingkaran. "Evelyn mana?"

"Guys... liat dulu..." Evelyn bersuara, ia masih menatap lurus ke arah cowok. Kami menoleh. Dan mendapati si cowok tampan itu tengah bercanda riang dengan cewek di sampingnya.

"Jahat banget, Lyn. Gue baru sembuh disuruh ngeliat pemandangan yang bikin sakit. Jahat, Lyn." Dan aku... malah jadi dramatis. Kan sudah kubilang, pesona cowok itu begitu kuat. Uh-oh.

"Jangan balik dulu, pokoknya liat dulu!" Seru Evelyn heboh. Alhasil kami melihat pemandangan yang lumayan mengiris hati. Aku mengambil es teh ku dan menyeruputnya untuk melihat adegan ini.

"Yaudah, bye saaay!" Akhirnya cewek itu pergi.

"Bye ciiiin!" Aku tersedak. Es tehku menyembur keluar.

"BUSET!" Teriak Artha dan Melvina. Aku tidak, aku terbatuk-batuk. Gila. GILA!

"Kan, guys... jaman sekarang kita gak bisa berharap banyak sama cowok ganteng macam dia. Sedih banget gak sih." Kata Evelyn.

"Miris woy. Gue sampe keselek nih." Tukasku sewot.

"Gue udah salah tingkah pula, malu-maluin deh." Artha menepuk jidat.

"Gue juga udah kayak cacing kepanasan!" Melvina menjadikan tangannya sebagai kipas dan mengipasi mukanya yang merah padam.

"Aduh, kalian. Giliran di cekokin cogan dikit aja dah, langsung panaaas! Hahahaha." Evelyn tertawa. Kami memandangnya sewot.

"Biasanya juga elo yang demen berburu cogan!" Kami bertiga mengucapkannya berbarengan dan berhasil membuat Evelyn diam seribu kata.

"Yaelah maaf yaaa, yaaa." Evelyn nyengir sambil menggaruk tengkuknya. "Balik yuk ke kelas, dikit lagi istirahat selesai."

—-

"Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru lagi."

Aku menyimpan kepalaku di antara lipatan kedua lenganku. Aku ngantuk, sangat. Dan murid baru, siapa lagi coba. Padahal UN tinggal dua bulan lagi.

StrangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang