14 - Keputusan Byron

9 1 0
                                    


Udara di Palo Alto masih terasa dingin..

Delena sedang menyiapkan kopernya ketika Byron datang ke Apartemen. Delena dan Ayahnya tidak berbicara setelah pengakuan Delena untuk memutuskan pertunangannya dengan Byron.

Semalam, setelah Delena berbicara dengan Ayahnya. Delena lalu menghubungi Byron. Byron sedang ada acara dengan teman-teman kampusnya, jadi Delena hanya berbicara sebentar dan memberitahu sekilas tentang suasan hati Ayahnya.

Byron mengambil kelas tambahan selama liburan. Dia tidak akan pulang ke Indonesia, jadi dia cukup sibuk.

"Bokap lu di mana?" Tanya Byron ketika sampai di Apartemen.

"Di kamarnya," Bisik Delena. " Gue nggak ngomong sama dia dari semalem. Dia kayaknya marah dan kecewa." Delena memberi tahu Byron.

Byron terdiam. Dia jadi takut. Sebelum sampai di Apartemen, Byron sudah menyiapkan diri untuk berbicara dengan Ayah Delena. Tapi ketika Delena bilang bahwa sepertinya Om Dimas marah dan kecewa, Byron sedikit menicut. Dia bukannya takut dimarahi Om Dimas, dia lebih merasa bersalah karena sudah mengecewakan Om Dimas.

"Sana.." Delena menyuruh Byron menemui Ayahnya di kamarnya. Byron masih terdiam. Menimbang, apa besok saja dia berbicara dengan Om Dimas ketika suasana hatinya sudah lebih tenang.

"Ketuk pintunya!" Delena tidak sabar. " Semangat!!" Katanya lagi sambil memberi semangat pada Byron.

Delena merasa dia sudah memberi tahu Ayahnya. Kini giliran Byron yang memberi tahu ayah Delena. Untuk urusan Om Harris, Delena masih punya waktu beberapa hari lagi untuk bertemu dengan beliau.

Byron berjalan ke kamar Ayah Delena dan mengetuk pintunya.

Awalnya ragu-ragu, tapi akhirnya Byron mengetuk pintunya.

Tidak ada sahutan.

Byron mengetuk pintunya lagi.

Masih hening. Byron kemudian membuka pintu kamar Om Dimas, dan begitu kagetnya Byron karena melihat Om Dimas tergeletak di lantai.

"Om Dimas!! " Byron berteriak. Om Dimas sepertinya pingsan. Byron sempat takut Om Dimas tidak bernafas.

"Om Dimas bangun!!Om!!"

Delena mendengar teriakan Byron yang memanggil Ayahnya.

Delena berlari ke kamar Ayahnya dan kemudian kaget sekaligus shock. Bingung dan takut. Delena kemudian berlari menghampiri Ayahnya

"Ayah!!" Delena berteriak. Dia menangis dan ketakutan. "Ayah!!bangun Ayah..!!"

"Telepon Ambulance!" Byron meminta pembantu Delena yang datang ke kamar Om Dimas karena mendengar teriakan Byron dan Delena.


Sepanjang perjalanan Delena menangis. Dia ketakutan, dia merasa bersalah. Apa karena Delena Ayahnya pingsan?!

Sesampainya di Emergency Room, Ayah Delena langsung di tangani. Delena dan Byron menunggu.

Setelah 10 menit yang terasa 10 jam, Dokter datang menghampiri Delena dan Byron. Dokter menjelaskan kalau Ayah Delena pingsan karena hipertensi. Ayah Delena masih belum sadarakan diri, mereka harus menunggu hasil tes yang sedang di jalani. Kemungkinan buruk yang akan terjadi pada Ayah Delena adalah stroke, dan kemungkinan paling buruknya adalah koma.

Kaki Delena rasanya seperti jeli, dia tidak bisa berdiri tegak ketika Dokter menyampaikan berbagai kemungkinan yang bisa saja terjadi pada Ayahnya. Telinga Delena juga terasa tidak bisa mendengarkan pembicaraan Dokter dengan Byron, hatinya sakit, kepalanya pusing. Delena hampir pingsan, tapi Byron memegang tangannya.

Heart BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang