22 - Reuni

5 1 0
                                    

Byron merasa dibohongi Orius karena mereka sahabatan, mereka kenal dekat, sering komunikasi, tapi dia tidak tahu Orius pacaran dengan Cesya.

Tapi dia juga merasa lega, karena Orius tidak jadi di jodohkan dengan Delena. Sudah cukup untuk Byron menyukai Delena dalam diam. Sekarang Delena tidak punya pacar, dan Byron pun masih menyukai Delena. Ayah Delena hampir 100% tidak akan menolak Byron. Persyaratan Byron untuk menjadi pasangan Delena sudah hampir sempurna. Hanya memang tinggal hati Delena yang Byron belum tahu bagaimana. Apa Delena mau jadi pasangan Byron? atau Delena masih menganggapnya tidak penting? menganggapnya sahabat?

Delena terlihat santai dan nyaman dengan atau tanpa Byron. Sedangkan Byron selalu ingin bersama Delena.

"Lo ga masuk dulu?" Delena bertanya pada Byron yang mengantarnya pulang sampai rumah.

"Udah jm 11 malem, bokap lo pasti udah tidur. " Byron merasa agak lelah juga karena dia menyetir cukup lama, dan dia juga tadi baru saja dari Semarang.

"Ok. Thanks ya Byron..lo istirahat pas nyampe rumah, jangan kerja lagi." Delena mengucapkan terima kasih dan mengingatkan Byron untuk istirahat. Tadi ketika di Rest Area, Byron masih sempat-sempatnya bekerja. Dia masih menerima telepon dan memeriksa berkas dari tabnya.


Esoknya, Delena bangun dengan perasaan bahagia. Senang rasanya dia bangun dan berada di rumah sendiri. Ketika di Bandung, Delena tinggal bersama Tantenya di sebuah perumahan Elite di Sekitar Bandung Utara. Sebetulnya keluarga Delena juga memiliki beberapa rumah di Bandung. Tapi Delena tidak di izinkan untuk tinggal sendiri. Tante dan Om Delena tidak memiliki anak. Mereka berdua memiliki Rumah yang luas dan semi galeri. Jadi Delena sekalian menemani Om dan Tantenya yang hanya tinggal berdua dan bersama beberapa pembantu.

Delena turun ke bawah untuk sarapan ketika matahari masuk ke jendela kamarnya. Sepertinya hari ini akan cerah.

"Pagi Ayah..pagi Tante.." Delena menyapa Ayahnya dan Tante Anita. Delena masih memanggil ibu tirinya dengan panggilan Tante, Delena tidak memanggilnya ibu, karena memang Tante Anita sendiri tidak mau. Beliau bilang panggilan Ibu hanya untuk Ibu Delena saja, karena itu panggilan spesial Delena untuk orang yang melahirkannya, biarkan beliau tetap menjadi Ibu Delena tanpa ada ibu yang lain. Delena terharu, dia dan Ayahnya pun menghargai keputusan Tante Anita. Tante Anita juga tidak merasa tidak dianggap. Meskipun dia dipanggil Tante, dia tetap memperlakukan Delena seperti anaknya begitupun Delena yang memperlakukannya dengan baik. Delena tidak pernah tau rasanya punya Ibu, tapi Delena sering melihat teman-temannya yang memiliki Ibu, dan dia akan memperlakukan Tante Anita seperti itu, menyayangi dan menghormati mereka.

"Semalam kamu pulang sama siapa? Ayah tidak melihat mobil dan sopir kamu?" Ayahnya bertanya sambil meminum kopinya. Hari Sabtu dan Minggu beliau libur kerja, beliau biasanya akan bermain Golf atau berolahraga dengan Tante Anita, tapi hari ini beliau terlihat berpakaian santai.

"Byron.." Jawab Delena santai sambil mengambil roti panggang dan menuangkan kopi.

Ayahnya yang tadinya hendak meminum kopinya, lalu meletakannya kembali.

"Byron?" Tanyanya kaget.

Delena mengangguk. "Iya, Byron anaknya Om Harris.." Delena masih menjawab santai.

"Kamu ketemu Byron di Bandung?" Ayahnya penasaran.

Delena mengangguk.

"Sekarang Harris Food buka Restoran di hotel tempat Delena kerja, kayaknya sih dia kerjasama dengan Ayahnya Orius, Om Handoko." Delena memberitahu Ayahnya.

"Waw..bagus juga strateginya. Harris food jadi sekarang buka restoran di semua hotel Handoko?" Ayahnya bertanya lagi.

"Ga tau pasti sih, tapi kayaknya fokus Harris food sekarang memang di hotel. Konsep untuk restoran nya masuk. Tapi Delena ga tau udah masuk hotel mana aja. "

Heart BeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang