Esok harinya Marrion sudah menghubungi Delena dari jam 7 pagi. Dia sudah banyak berbicara mengenai perasaannya yang tidak karu-karuan. Dia Bahagia, tapi takut, tapi ga nyangka, tapi senang,deg-degan. Dan berbagai perasaan lainnya. Delena ikut bahagia sekaligus lucu dengan Marrion yang akan bertunangan hari ini.
"Acara pertunangan lo jm 7 malem..ini baru jam 7 pagi. lo udah riweeeuhhh..." Delena berkata kesal sekaligus geli.
Marrion bingung."Riweuuh?" Tanyanya. Ga ngerti dengan kata-kata yang baru saja Delena ucapkan. Delena lupa dia berbicara dengan marrion yang asli orang Jakarta blesteran Singapore.
"Hahaha..maksud gw lo udah sibuk, repot, berisik..ya gitu deh. Sorry gw lupa lo ga ngerti bahasa Sunda. "
"Lo kesini jam brp? " Marrion bertanya lagi.
"Jam 5 sore paling..gw juga butuh ke salon sayang..biar ga burik-burik amat di sebelah lo entar.." Delena memberi tahu Marrion.
"Kelamaann.." Marrion merengek.
"Jam 3 sore?" Delena menawar.
"Jam 12 siang.." Marrion ingin segera bertemu Delena. " Lo dandan di Salon gw aja..ntr kita luluran bareng di sini..okey?!"
Delena menimbang, dia sebetulnya sudah janjian akan make up di salon langgannya. Tapi Demi sahabatnya ini dia akhirnya mengalah.
"Okay.." Delena setuju.
Pukul 6 sore, tamu undangan keluarga Marrion dan Darrell sudah mulai memenuhi Ballroom Hotel terkenal di Jakarta, tempat pertunangan Darrell dan Marrion.
Di ruang tunggu, Delena sudah siap, begitupun Marrion. Mereka hanya tinggal menunggu di panggil untuk menghadiri acara pertunangan. Delena setia menemani Marrion.
"Lo udah liat venue?" Marrion bertanya.
"Udah..bagus, beautiful.."Delena memuji.
"Udah liat-liat tamu?"
"Udah, tadi gw ketemu beberapa orang yang kayaknya gw hafal mukanya.." Delena memberi tahu.
"Ada yang cocok?" Marrion membuat Delena bingung. "Tadi gw udah bilang sama Darrell suruh ajakin temen-temen jomblo dia yang kece buat di kenalin sama lo..siapa tau ada yang nyangkut di elo."
Delena tertawa. "Lo mau tunangan atau mau buka biro jodoh buat gw?"
"Ya namanya juga usaha supaya sobat gw ga jomblo. Sekelas Hansel sama Orius soalnya ga bisa dapetin lo. Kali aja ada temennya Darrell ato temen gw yang bisa meluluhkan hati lo.." Marrion berkata serius. Delena tertawa lagi.
Ada sih..yan g bisa dapetin hati Delena..tapi sayangnya Delena ga biasa dapetin hati dia. Delena berbicara dalam hati dengan miris.
Pukul 7 Delena mengiringi Marrion berjalan dan naik ke atas panggung. Disana sudah ada Darrell dan keempat orang tua mereka. Marrion kemudian duduk diantara kedua orang tuanya.
Delena duduk diantara saudara dan kerabat Marrion. Marrion sebetulnya anak tunggal. Di Indonesia saudara dia tidak banyak. Sepupunya kebanyakan tinggal di luar negeri. Ibunya sendiri memang bukan orang Indonesia. Beliau orang Singapore.
Acara pertunangan Marrion dan Darrell berlangsung lancar. Mereka pun terlihat sangat bahagia dan bersinar. Marrion dan Darrell selalu tersenyum pada tamu yang menyapa mereka ketika mereka selesai bertukar cincin.
Delena masih duduk di kursinya. Dia melihat tamu-tamu dari keluarga Marrion dan Darrell. Orang yang di undang sebetulnya tidak banyak. Hanya kerabat dekat dan beberapa teman dekat Darrell dan Marrion. Ayah Delena juga diundang, tapi beliau ternyata ada urusan mendadak, jadi tadi hanya mampir sebentar untuk mengucapkan selamat kepada orang tua Darrell lalu kemudian pergi. Delena kemudian melihat kedua keponakan Darrell yang sekarang sudah besar. Delena tersenyum ketika mengingat keduanya sering kali membuat Darrell kesal karena mereka jahil. Delena juga melihat dokter Farrell. Dokternya sewaktu Delena di Jakarta. Sekarang juga masih dokternya sih. Tapi kalau Delena ke Jakarta saja. Lalu kemudian hati Delena berdebar. Dia..melihat orang yang selama ini dia rindukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Beat
RomanceHeart beat adalah detak jantung, dan detak jantung Delena bisa berhenti kapan saja jika penyakitnya kambuh. Detak jantung Delena pernah berdetak dengan bahagia karena Byron, tunangannya sedari kecil, tapi kemudian perasaanya hilang karena Byron bers...