Ketika Istirahat Delena teringat Byron. Tadi Byron sudah mengabari kalau dia sudah di Apartemen. Tapi ketika Delena bertanya bagaimana keadaan dia, dia tidak menjawab. Delena penasaran. Dia khawatir dengan Byron.
"Lo kenapa, Del? Resah banget.." Devi melihat Delena yang dari tadi tidak menyentuh makanannya.
"Gue khawatir sama temen gue, tadi dia kelihatan pucat, trus sekarang nggak bales message sama telepon gue," Delena memberitahu Devi.
"Lagi tidur kali, kalau dia pucat berarti butuh istirahat." Sandra yang mendengar percakapan Delena dan Devi berkomentar.
"Temen lo cowo?" Devi bertanya lagi. Delena terdiam. Dia bingung menjawab jujur atau berbohong. Pandangan Erni, Sandra dan Devi tertuju pada Delena. Mereka menunggu jawaban Delena. Gawat nih kalau Delena bilang kalau temannya cowo. Bisa-bisa mereka mengintrogasi Delena saat ini juga.
"Cewe.." Delena memutuskan untuk berbohong.
"Lagi dateng bulan, " Erni berkata yakin. Delena mau tidak mau menahan tawa.
"Iya, cewe mah biasa kali wajahnya pucat gitu, kalau cowo baru harus khawatir,"
"Kalau dia nggak sakit, ya dia kurang tidur gara-gara bergadang!"
"Bergadang nyari mangsa.." Sandra menambahkan.
"Nyari darah daun muda.."Devi semakin buas
Delena jadi tambah khawatir. Di Bandung Byron tinggal sendiri. Dia punya beberapa saudara yang juga tinggal di Bandung, tapi kurang dekat, dan sepertinya tidak tahu kalau Byron ada Di Bandung. Delena mencoba menelepon Byron lagi. Tapi masih belum juga diangkat. Apa dia tidur?
Pukul 3 sore, Byron baru membalas message Delena. Dia bilang dia sakit, dia ketiduran. Delena Khawatir. Delena pun pergi ke Apartemen Byron setelah dia pulang kerja.
Byron membukakan pintu Apartemennya ketika Delena sudah sampai di depan pintu. Apartemen Byron di dominasi oleh warna black, white dan sedikit abu-abu. Black and white adalah warna kesukaan Byron.
Ketika membukakan pintu, Byron terlihat lemas dan lesu. Dia memang sakit.
"Lo udah minum obat?" Delena bertanya ketika dia berjalan menuju ruang tengah.
"Udah.." jawab Byron pendek. Dia kemudian duduk di sofa. Delena ikut duduk di sebelahnya.
"Udah makan?"
Dia menggeleng.
"Males..dan nggak ada makanan juga."
Delena kaget, dia kemudian ke dapur Byron. Dan benar saja, kulkas Byron kosong. Cuma ada minuman dan jus kaleng.
"Gue kan baru sampe jumat di Bandung, beberapa hari sebelumnya gue juga ke luar kota, jadi nggak sempet beli makanan." Byron menjawab pandangan Delena.
"Kenapa nggak Online shop? Atau Online food?" Delena sedikit kesal.
"Nggak kepikiran, " Jawab Byron jujur. Tadi dia hanya ingin tidur dan istirahat. Dia tidak merasa lapar.
"Untung gue bawain bubur!" Delena kemudian mengambil tas kertas yang ada di meja dan menyiapkan bubur untuk Byron di dapur.
Karena Byron sakit dan dia juga lemas, dia membiarkan saja Delena menyiapkan makanan di dapur. Byron bisa melihat Delena dari sofa. Dan dia merasa senang melihat Delena sibuk di dapur Apartemennya. Dia tersenyum sendiri.
"Gue masuk Apartemen lo berasa buta warna.." Delena berkomentar ketika dia membawa bubur dan minuman ke meja makan. Byron yang berjalan menuju meja makan sedikit bingung dengan kata-kata Delena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart Beat
RomanceHeart beat adalah detak jantung, dan detak jantung Delena bisa berhenti kapan saja jika penyakitnya kambuh. Detak jantung Delena pernah berdetak dengan bahagia karena Byron, tunangannya sedari kecil, tapi kemudian perasaanya hilang karena Byron bers...