12 - Pulang

543 76 2
                                    

Suasana ruangan itu bahkan masih hening setelah kepergian Woojin.

"Ini terlalu gila,"

Changbin yang pertama kali membuka suara. Setelahnya, mereka semua mengeluh karena masalah yang begitu membingungkan ini.

"Tuan Woojin tidak mengganti marga ibu. Itu berarti Tuan Woojin memang sengaja menyembunyikan hubungan mereka semua," celetuk Doyoung.

"Kau benar. Kita tidak tahu mana yang merupakan pasangan, sahabat, ataupun musuh. Kita sendiri yang harus mencarinya," sahut Jisung.

"Sepertinya kita juga perlu memperhatikan marga-marga mereka. siapa yang tahu jika ternyata orang-orang ini ternyata berada sangat dekat dengan kita," kata Chan.

"Kita juga harus memastikan dahulu mana yang masih hidup dan mana yang sudah mati," sambung Seungmin.

"Untuk saat ini sepertinya tidak ada yang kita kenal selain orang tua kita masing-masing," ujar Changbin.

"Apa menurut kalian urutan penyebutan nama Tuan Woojin tadi ada hubungannya dengan siapa yang paling penting?" tanya Chan.

"Aku ingat bahwa ayahku berteman baik dengan paman Mingyu. Paman sering sekali bercerita tentang dia dan sahabat-sahabatnya, termasuk ayah," kata Doyoung.

"Oh? Apakah mungkin sosok Lee Seokmin ini juga merupakan sahabat ayah kita?" tebak Changbin.

"Tapi semua ini masih terlalu samar untuk ditebak. Satu-satunya narasumber yang bisa kita mintai informasi adalah ibu," gumam Chan.

"Doyoung, apakah ayah tak menceritakan apapun padamu? Terutama tentang masalah ini," tanya Yedam.

Doyoung berpikir sejenak.

"Yang aku ingat, Paman Mingyu mengatakan bahwa ia sangat sedih karena semua sahabatnya telah pergi meninggalkannya. Meskipun mereka menempuh jalan yang berbeda, namun tujuan mereka tetap satu. Itulah perkataannya yang paling aku ingat," jelas Doyoung.

Mereka semua tampak mencerna ulang perkataan Doyoung.

"Perkataannya terlalu ambigu. Kita tidak tahu apa maksud dari 'menempuh jalan yang berbeda' itu. Kita juga tak tahu tujuan apa yang sebenarnya mereka maksud. Meskipun bisa menjadi petunjuk yang bagus, tapi ini masih belum bisa terbaca. Sepertinya, ada beberapa kisah yang terlewat," gumam Jisung pelan.

"Kau benar. Kita perlu mencari seluk-beluk kisah mereka untuk mengerti maksud dari perkataan itu," sahut Seungmin.

Mereka semua menghela nafas lelah. Pada akhirnya, mereka tidak menemukan apapun dari diskusi ini. Mereka perlu bertanya pada Jeonghan untuk mendapat informasi lebih banyak.

"Doyoung, apakah kau akan ikut pulang?" tanya Jisung hati-hati.

"Aku tidak tahu. Sebenarnya, aku bisa saja ikut kembali. Tapi itu jika Tuan Woojin mengizinkanku," balas Doyoung lesu.

Chan tertawa dan mengusak rambut Doyoung.

"Kami akan menunggu kapanpun kau pulang, Doyoung. Pintu rumah akan selalu terbuka lebar untukmu," ucap Chan.

Doyoung tersenyum hangat mendengarnya.

♠️

Hari berikutnya

Hyunsuk kembali mengunjungi makam Seungcheol hari ini. Ia selalu menyempatkan diri untuk berkunjung setiap hari.

"Ayah..."

Hyunsuk menatap sendu gundukan tanah di depannya.

"Aku tidak menyangka ayah akan meninggalkan kami begitu cepat," gumam Hyunsuk pelan.

Remi || MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang