"Seharusnya pekan ini adalah pekan istimewa untuk aku dan Hyunjin. Tapi siapa sangka si bajingan Ace itu akan menangkap Minho dan Jisung secepat ini?"
Jeongin menggerutu sepanjang jalan. Ia hanya berniat untuk meninggalkan senjata di markas dan langsung pulang ke rumah, namun tak disangka ia malah mendapati Minho dan Jisung yang dicegat oleh Ace dan juga satu orang lainnya.
"Bukankah dia Gemini? Sudah lama sekali anjing menyebalkan Ace itu tak menunjukkan diri," gumam Jeongin.
"Kupikir kau sudah tahu terlalu banyak, pengkhianat,"
Jeongin tersentak mendengar suara itu. Ia segera mengambil jarak dan mengambil posisi siaga. Ia terkejut melihat siapa yang datang menghampirinya. Sosok petinggi Black Malvado yang belum pernah menunjukkan kemampuannya sampai saat ini, atau mungkin baru akan menunjukkannya sebentar lagi.
"Leo..." lirih Jeongin sambil menggigit bibirnya.
Sosok yang dipanggil Leo itu tertawa keras.
"Aku beri apresiasi padamu karena memiliki nyali besar untuk datang ke markas sendirian ketika orang-orang sedang pergi keluar," ujar Leo meremehkan.
Jeongin mengeratkan genggaman tangannya. Jujur saja, ia sedikit takut dengan Leo, sosok yang katanya merupakan pemimpin pasukan tempur Black Malvado. Sampai saat ini, belum pernah ada yang tahu seberapa kuat Leo sebenarnya. Itulah yang membuat Jeongin semakin risau.
Leo mengangkat kepalan tangannya, bersiap untuk menyerang Jeongin secara langsung. Jeongin meneguk ludahnya kasar. Sungguh, ia merasa sangat mustahil untuk menang dari Leo sendirian. Yang akan ia lakukan saat ini hanyalah bertahan dengan menghindari serangan Leo sampai Hyunjin atau orang lain datang membantunya.
Leo melesat kencang ke arah Jeongin. Jeongin hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk menghindar. Ia tak bisa memberikan perlawanan balik karena semua senjatanya baru saja ia tinggalkan di ruangannya. Jarak antara keduanya semakin menipis. Jeongin sudah bersiap untuk menghindar, sampai sebuah suara menghentikan niatnya.
Dor!
Suara tembakan menggema di sepanjang lorong. Jeongin meneguk ludahnya kasar. Tembakan itu hanya menggores pipi kanan Leo. Beruntung Jeongin tidak terkena timah panas itu juga. Leo menghentikan pergerakannya seketika itu juga. Lelaki itu justru menyeringai lebar setelah tahu bahwa yang baru saja menembak itu bukan berada di pihaknya.
"Meninggalkan semua senjata di ruangannya kemudian pergi menguping pembicaraan musuh adalah hal terbodoh yang pernah aku lihat. Padahal aku selalu mengingatkanmu untuk membawa setidaknya satu senjata kemanapun, Virgo. Apa nasehatku baru masuk ke dalam otakmu sekarang?"
Ucapan sarkas itu membuat Jeongin meringis pelan. Meskipun kesal dengan nasehat orang ini, Jeongin diam-diam merasa bersyukur karena kehadirannya. Sosok tinggi dengan topeng setengah wajah yang Jeongin yakini nyaris tak pernah dilepas oleh orang itu.
"Yah, maafkan aku, Libra. Dan terima kasih," ucap Jeongin.
Sosok Libra yang telah menyelamatkan Jeongin itu hanya mendecih pelan. Ia menatap Leo yang kini berbalik badan, tertarik dengan lawan barunya.
"Yang kau lawan itu hanyalah bocah kurus kering tanpa tenaga. Sudah jelas dia tidak akan menang melawanmu. Seharusnya kau mencari lawan yang lebih setara denganmu," ujar Libra apa adanya.
Jeongin mendengus kesal mendengar ejekan Libra untuknya. Saat keadaan seperti ini pun orang menyebalkan itu masih sempat mengejeknya? Sialan memang!
"Lalu? Dia adalah pengkhianat—Ah, kau pun juga tak ada bedanya. Aku tahu ada banyak sekali tikus-tikus pengkhianat disini. Black Malvado tidak sebersih itu. Ada terlalu banyak hama yang mengotorinya," balas Leo angkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remi || Minsung
FanfictionHan Jisung adalah seorang detektif muda yang tiba-tiba mendapat misi untuk menyelidiki kelompok mafia bernama Black Malvado. Black Malvado sendiri dipimpin oleh seseorang dengan nama samaran 'Ace'. Jisung harus bisa mengalahkan sosok Ace ini bersam...