27 - Epilog

1K 78 13
                                    

Changbin berdiri di depan gundukan tanah yang masih baru itu. Ia nyaris tak percaya jika sosok yang telah merawatnya sewaktu kecil dulu itu telah tiada. Ia bahkan belum sempat mengenalkan sosok Sana yang sebenarnya pada Yedam.

"Kakak?"

Changbin menoleh dan mendapati sang adik yang datang tiba-tiba.

"Kau baik-baik saja? Apakah kau sudah sehat?" tanya Changbin.

Yedam mengangguk.

"Ya, aku sudah bisa beraktivitas seperti biasa," jawab Yedam.

Changbin mengangguk dan tersenyum. Ia merangkul pundak Yedam dan membawanya menjauh dari tempat itu.

"Mau mengunjungi makam ibumu?"

♣️

Ryujin hanya menunduk dan menunggu kedua saudaranya yang tengah mengunjungi makam sang ibu. Yuna terus menangis, sedangkan Yeji berusaha untuk menenangkannya.

"Kau tidak menangis?"

Ryujin agak terkejut mendengar suara Changbin. Namun, kemudian ia teringat bahwa adik Changbin memiliki ibu yang sama dengannya. Ryujin hanya tersenyum dan menggeleng pelan.

"Jika aku menangis, siapa yang akan menguatkan Kak Yeji dan Yuna nanti?" ucap Ryujin pelan.

"Kau tidak harus menjadi kuat setiap saat," balas Changbin.

Ryujin tersenyum mendengarnya.

"Aku sudah memiliki seseorang yang bersedia mendengar semua kesedihanku,"

♦️

Minho menatap Jisung yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Sudah lebih dari 3 bulan Jisung sama sekali belum membuka mata. Minho semakin khawatir dengan keadaan jisung yang tak kunjung membaik.

"Minho, sebaiknya kau makan terlebih dahulu,"

Seungmin mengunjungi adik iparnya hari ini. Chan masih ada beberapa urusan sehingga tidak bisa menjenguk Jisung. Namun, Seungmin malah mendapati Minho yang masih berada di tempat ini sejak kemarin malam.

"Tidak perlu kak. Aku sedang tidak ingin makan," balas Minho pelan.

Seungmin menghela nafas panjang.

"Jisung tidak akan menyukai ini, Minho. Setidaknya kau harus menjaga kesehatanmu. Bagaimana jika nanti Jisung bangun kau malah jatuh sakit?" kata Seungmin khawatir.

Akhirnya, Minho pun pamit untuk mencari makan sebentar. Seungmin pun mengangguk dan duduk di samping ranjang Jisung.

"Jisung, banyak orang yang menunggumu. Apakah kau tidak berniat untuk bangun?"

♦️

Sementara itu, Minho melihat interaksi Seungmin dan Jisung dari sela pintu yang belum ia tutup. Minho menarik nafas panjang. Haruskah ia berhenti? Apakah ia harus tetap menunggu Jisung yang tak kunjung bangun?

"Jisung, jika kau memang tak berniat untuk bangun, maka kau akan membuatku kehilangan segalanya,"

♠️
































































































Finally, cerita ini udah end guys! Aku nggak nyangka bakal sampe di tahap ini. Thank you very much buat kalian yang udah dukung aku. Untuk kedepannya, aku bakal berusaha buat lebih rajin update dan memperbaiki semua typo atau kesalahan aku selama menulis ini. Ikuti terus semua book aku kedepannya yaaaa

Sampai ketemu di sequel guys!

See you <3

Remi || MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang