26 - Inikah akhirnya?

688 81 7
                                    

Seokmin memejamkan matanya sesaat, kemudian kembali membukanya dan menatap tajam sosok lawannya. Sedangkan lawannya itu tertawa remeh melihat keadaan Seokmin yang sudah sekarat.

"Bahkan saat kau sudah hampir mati pun kau masih bisa menatapku dengan tajam? Sungguh besar sekali nyalimu, tuan Lee,"

Ace mengatakannya sambil tertawa remeh.

"Aku memang memiliki nyali yang besar. Apalagi di hadapan manusia brengsek seperti dirimu," balas Seokmin tajam.

Ace menggeram kesal mendengarnya. Ia pun menginjak perut Seokmin yang terus mengeluarkan darah. Seokmin menahan rasa sakitnya. Lagipula, ia yakin setelah ini Ace akan langsung membunuhnya. Ia tidak akan merasakan penderitaan ini lebih lama lagi.

"Sialan kau! Kau bahkan masih bisa mengejekku saat aku bisa membunuhmu saat ini juga," desis Ace tajam.

Seokmin tertawa remeh mendengarnya.

"Dengarkan kalimat terakhirku, Jaehyun—"

Seokmin menyeringai lebar.

"—Bahkan sampai titik darah penghabisan pun, aku tidak akan pernah mengibarkan bendera putih padamu,"

Dor!

Ace, atau Jeahyun yang sudah terlalu geram dengan ucapan Seokmin pun langsung menembaknya tanpa ampun. Setelah itu, ia mengambil sebuah pisau dan mengoyak daging manusia itu menjadi beberapa bagian.

"Sialan! Bahkan sampai akhir hidupmu pun kau tetap menjengkelkan,"

♦️

"Sialan! Kau sama saja dengan ayahmu! Bahkan kalimat kalian pun sama persis! Itu membuatku muak, sialan!"

Ace berteriak marah setelah mendengar perkataan Minho barusan. Perkataan itu mengingatkannya pada Seokmin. Ayah dan anak itu sama saja. Seharusnya ia langsung membunuh Minho saat itu juga. Namun, tidak bisa. Ia masih memerlukan Minho.

"Seharusnya aku membunuhmu saja saat itu! Sayangnya, aku masih membutuhkan kau dan Jisung untuk membunuh Jisoo dan Jeonghan,"

Kalimat Ace barusan membuat Minho dan Jisung terkejut. Jadi ternyata memang begitu? Ace sepertinya benar-benar ingin membunuh semua orang yang pernah menghalangi jalannya dulu. Minho tertawa keras setelahnya.

"Heh, dasar pengecut! Jika kau memang laki-laki, seharusnya kau menyerangnya secara langsung. Bukan menyerang mereka menggunakan anaknya," sarkas Minho.

Ace semakin geram karenanya. Ia merasa Minho ini benar-benar duplikat dari Seokmin. Keduanya sangat menguji kesabaran musuhnya. Ace memperhatikan sekitarnya. Ia tak bisa menyerang Minho langsung, karena jarak Minho yang begitu jauh dan ada dua orang yang lebih dekat dengannya.

Dor!

"Hei, paman tua! Jika kau ingin menyerang langsung saja serbu. Kau terlalu lama berpikir,"

Tembakan muncul dari arah baru. Kali ini berasal dari sudut ruangan. Ada tumpukan besi disana. Dan diatasnya, ada Doyoung bersama pistolnya. Ace semakin menyadari posisinya sekarang. Ia terlah terkepung dari segala arah. Ia bahkan belum sempat melirik ke belakang. Tapi ia yakin sosok sniper yang tadi mengawali tembakan itu masih ada disana.

"Sialan! Kukira kau sudah lama mati," geram Ace pada Doyoung.

"Aku tidak mungkin mati semudah itu. Ayahku berpesan supaya aku menjadi sosok yang kuat. Jika aku telah menjadi kuat, maka aku bisa melindungi orang-orang yang aku sayangi," balas Doyoung.

Remi || MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang