Prolog

2.9K 48 0
                                    

WARNING!
AKU GAK AKAN MINTA KALIAN BACA KALAU BUKAN KEMAUAN SENDIRI

KARENA KALAU MIKIRNYA CUMA CERITA MONOTON KALIAN SALAH BESAR! JANGAN DI LANJUT. JUJUR AKU NGUSIR KALIAN SEBELUM MENYESAL BACA SAMPAI ENDING NANTI. KALAU UDAH DI INGETIN GAK NGERTI TERSERAH YA!

Sudah siapkah menyambut setiap alur yang membuat perasaan kalian hura-hara?

Dari mana kalian menemukan cerita ini?

Noted : Saya tidak menerima perbandingan apapun antara cerita murni saya dengan cerita orang lain! Atau saya akan blokir

Terima kasih, selamat membaca dan selamat emosi di pertengahan

°°°
Sebuah awal yang akan membawa semua peristiwa di setiap jalannya.

°°°

"Gallan!!!"

Teriakan melengking seorang perempuan berambut sebahu itu menyita seluruh atensi mahasiswa/mahasiswi yang ada di sekitarnya. Ia cengengesan, tanpa tahu malu ia berteriak kembali.

"GALLAN BERHENTI DI TEMPAT SEKARANG!!!"

Perempuan yang kebetulan sedang memegang seplastik es itu berdecak kesal karena objek yang ia panggil tak mengidahkan sedikitpun. Justru lelaki itu dengan santai berjalan terus tanpa merasa terganggu.

Mendengus, seraya menghentakkan kaki ia langsung berlari cepat di sepanjang lorong lantai dua guna mengejar seorang Gallan di ujung sana sebelum masuk ke dalam kelas.

"Gallan budek ya?! di panggil kok ga berhenti sih!" perempuan bernama lengkap Asyafa Greyna Laluna itu menatap sengit ke arah Gallan.

Membuang napas lelah, Gallan menoleh dengan memutar bola mata malas.

"Gallan!" seru Asya kembali.

"Apaan sih, Sya?" sahut Gallan jengah.

"Kenapa Asya panggil ga nengok?"

"Sengaja!"

Asya cemberut, lalu berujar kembali. "Oh, biar sengaja Asya kejar ya?"

"Nggak!" sela Gallan cepat. "Gue sengaja budek kalo di panggil elo!"

"Aamiin...," kata Asya seraya mengusap wajahnya.

Gallan melotot, "kenapa lo malah aminin gila?!"

"Lagian Gallan pura-pura budek, sekalian aja biar budek beneran!" serang Asya.

"Setan lo ya," selak Gallan sebal. Ia lantas langsung melenggang begitu saja meninggalkan Asya di belakangnya.

Satu tahun lebih terhitung dari awal semester satu hingga kini Gallan memasuki semester tiga, seorang Asyafa selalu saja mengejar dirinya. Gallan merasa terkutuk masuk ke dalam Universitas ini kala bertemu cewek gila seperti Asya yang tak henti-henti menyukai dirinya.

Asya lantas cekikikan, perempuan itu menyedot kembali esnya lalu mengibaskan rambut cokelatnya dengan bangga dan berujar.

"Aku punya tujuan dan alasan kenapa harus kamu, Gallan."

GALLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang