48-Mengiklaskan bersama hujan (End)

640 12 0
                                    

•••
Titik mencintai paling dalam adalah iklas sedalam lautan dan menangis merayakan luka mendalam dengan waktu panjang tanpa ujung yang sulit di temukan.

-Gallan Ikraris Al putra-
•••

Mobil hitam pekat baru saja berhenti di bawah pohon yang sangat besar menjulang tinggi seakan berusaha menembus langit, cowok dengan tampilan kusut berkaus putih polos yang sudah lusuh akibat banyak tanah yang menempel itu baru saja keluar dari kendaraan roda empat.

Dua jam Gallan mencari-cari tempat paling sepi, dan ia temukan di ujung kota, Gallan berada di tempat bak tak berpenghuni, sebuah tempat dengan pohon-pohon besar serta danau dengan air hijau gelap, cowok itu jalan lemas ke arah danau yang sejak datang menjadi spot untuk ia duduki di pinggiran.

Keadaan Gallan sangat kacau, mata sembab, baju kotor, rambut berantakan dan dia masih terus meneteskan air mata sampai detik ini.

"Sakit banget, Sya." Gallan bersuara seraya menatap botol kaca yang selalu ia pegang, botol berisi kertas warna-warni yang di berikan Bunda sebelum Gallan mengasingkan diri di tempat ini.

"Aku harus apa sekarang, Sya?" Gallan menunduk sedih. "Apa gunanya aku hidup kalo ga ada kamu?" kalimat Gallan memang terkesan menjijikan, seolah dunia berhenti berputar, namun memang begitu kenyataannya, Gallan merasakan perih kala di tinggalkan oleh gadis kecintaannya.

Memangnya ada orang yang berbahagia di tinggal pergi selamanya?

Gallan menilik secara lekat botol beling yang ia genggam. Cowok itu mingkem menahan isakan, saking tak kuasa jika mengingat wajah ceria Asya dulu.

"Aku jahat banget Sya," bahu Gallan bergetar hebat seraya sesegukkan kala memori menyakitkan terputar di kepalanya.

"GUE BILANG JANGAN SUKA SAMA GUE!
KARENA SAMPAI KAPANPUN PERASAAN LO AKAN MATI. GUE GAK AKAN PERNAH SUKA SAMA LO ASYAFA GREYNA!"

"GAK AKAN PERNAH!"

"Anjing!" Gallan berteriak marah, ia benar-benar menyesal setengah mati akibat perbuatannya dulu.

Kalau saja Gallan dulu tidak egois, pasti akan lebih banyak momen menyenangkan bersama Asya, kalau saja Gallan tau akan berakhir begini ia akan menghabiskan waktunya penuh bersama Asya. Harusnya Gallan lebih dulu mengakui perasaannya selagi banyak kesempatan yang Asya punya.

"Sampai kapan lo mau suka sama gue?"

"Sampai kesempatan Asya masih ada. Sampai Gallan sadar kalo Asya beneran sayang."

Gallan buang napas, "gue gak akan balas perasaan lo, Sya. Stop ngejar gue. Hilangin perasaan lo, kita nggak akan bisa sama-sama."

"Tapi kenapa? Gallan sama sekali nggak beri Asya ruang. Apa perjuangan Asya selama ini kurang?"

Asya tersenyum. "Gal, katanya orang baru sadar ketika kehilangan. Apa perlu Asya menghilang dulu?"

Gallan terkekeh getir seraya mendongkak pada langit yang semakin menunjukkan gumpalan awan hitam serta beberapa kilat terlihat.

"Sekarang, aku baru paham maksud kesempatan kamu, Asya selamat telah berhasil menghukum aku atas kehilangan kamu sayang." Gallan memejam, berusaha mengingat cuplikan bersama Asya.

"Gal, nanti kalo kita sembuh, belikan Asya sepuluh gelas es ya? Nanti kita minum di belakang rumah Gallan sambil celupin kaki ke dalam kolam renang. Pasti seru!"

"Iya, Sya. Pasti."

"Selama ini kan Gallan ga pernah coba es yang manis dan seger. Nanti harus coba bareng sama
Asya."

GALLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang