25- Perundungan

418 11 1
                                    

°°°
Jika tidak ada orang jahat, maka tidak ada pula surga dan neraka. Tuhan itu terlalu adil.

°°°

Hari ini cuaca sangat panas sekali sampai beberapa mahasiswa berlari buru-buru engan terkena paparan sinar langsung karena takut kulit mereka terbakar dan hitam.

Perempuan yang habis membasuh muka itu berbelok di pertigaan antara gedung fakultasnya dan fakultas lain. Asya menepuk-nepuk pelan pipinya yang agak basah dan mulai lembab.

"Eh," Asya terkesiap. Ia hampir menubruk perempuan berbadan mungil yang muncul di pertigaan gedung yang sama.

"Ih Asya!" itu Aya berseru kesal. "Kamu sengaja ya mau buat aku jatuh? Kalau jalan liat-liat. Kamu kenapa sih, niat banget jahatin aku. Mentang-mentang kamu lebih tinggi gitu?!"

Asya buang napas lelah, ia menilik Gallan yang ada di samping Aya sebentar lalu beralih pada perempuan ini.

"Apa sih, Ay? Kamu kenapa?" seraya menyelipkan sedikit rambut ke belakang telinga, Asya bersedekap dada.

"Orang Asya gak sengaja, lagian emang Asya nyenggol kamu? Kan enggak sama sekali. Kadang kamu terlalu lebay tau ga sih."

Aya cemberut kesal. "Kamu kurang ajar banget. Bukannya minta maaf malah ngatain aku lebay. Gal, liat tuh sifat Asya jelek banget."

Gallan buka suara. "Biarin, ga harus di perpanjang."

Asya senyum karena Gallan tak ikut mengesalkan. Perempuan itu memutar badan sedikit menghadap Gallan dan bertanya.

"Gal, mau kemana?"

"Perpustakaan!" Aya menyahut cepat.

"Asya boleh ikut? Asya bingung, Sersi Sama Leo ga tau kemana tuh mereka."

"Enggak boleh! Aku gak mau kamu ikut, jangan ganggu Gallan sama aku, Sya. Kamu ngeselin banget sih!" Aya menjawab lagi dengan nada kesal.

"Pada ngapain berdiri di jalan kaya gini?" itu Atlas yang muncul dari arah barat. Lelaki yang memakai almamater itu sekarang berada di samping Asya.

"Asya gangguin aku sama Gallan. Dia iri jadinya mencegah aku, Kak." Aya mengadu pada Si ketua BEM.

"Mending lo ikut gue, Sya. Kita ke kantin, mau es jeruk gak?" tawaran Atlas membuat Asya mengangguk senang.

"Ma—"

"Katanya mau ikut ke perpus? Ayo," Gallan menginterupsi. Lelaki itu impulsif dengan menarik lengan Asya.

Asya senyum selebar lingkungan Universitas, ia menatap Gallan. "Emang boleh, Gal?"

"Boleh."

Aya mendelik, ia cemberut sampai alisnya bertaut kesal. "Gal! Apa sih kamu, ko tiba-tiba ngajak Asya. Aku gimana?"

"Iya, Ay. Bertiga. Ayo,"

"Aku enggak mau kita bertiga. Harus berdua ajaaa," sungut Aya.

Gallan menggusah napas malas. "Kalau gak mau ikut, yaudah. Lo ke kelas aja."

Atlas hanya terkekeh pelan, ia bertutur untuk pergi. "Kalau gitu, gue ke sekret orwama ya, Sya."

"Iya Kak Atlas." Melihat Asya tersenyum manis pada kakak tingkatnya itu membuat Gallan berdecak kecil. Ia jalan lebih dulu ke perpustakaan masih dengan memegang lengan Asya.

"Ih Gallan, kok aku di tinggalin. Kamu jahat sekarang!" Aya mendumel, ia mengejar sambil misuh-misuh.

"Awas ya kamu Asya!"

GALLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang