36- Cemburu

363 7 2
                                    

••
Kita tersatukan namun mirisnya hanya aku yang merasa nyaman.

•••

Tiga bulan kemudian ...

Lelaki yang baru menapakan kaki di lantai merasakan dingin akibat AC kamar yang lupa Gallan matikan dan bersuhu tinggi. Ia mengucek-ucek mata berusaha membuka penglihatan yang sangat perih karena rasa kantuk yang berat.

"Hah, baru jam tiga pagi?" Gallan berdecak, dia mengira terbangun akibat sudah pagi dan harus mandi untuk kuliah. Tapi nyatanya matahari pun masih tidur dan rembulan masih berjaga dengan setia.

Lelaki itu tak merebahkan kembali badannya, Gallan malah jalan ke dapur untuk minum karena dia merasa haus seperti di padang pasir siang hari.

"Kamar Bunda masih nyala?" Gallan bermonolog kala mata dia menangkap sinar cahaya lampu dari lubang udara kamar Bunda.

"Bun ... Bunda belum tidur?" Gallan masuk ke dalam kamar sang ibu, lelaki itu melihat Bunda yang kelelahan duduk di sofabed sendirian dengan tatapan kosong ke arah jendela kamar.

"Bundaaa," Gallan mendekat, duduk di samping Bunda lalu memeluk wanita tersanyangnya.

"Ala ngapain? Tidur sana," Bunda tersadar.

"Bunda sendiri ngapain?"

Wanita paruh baya itu tersenyum seraya bertutur halus. "Bunda baru pulang, mau mandi tapi duduk dulu bentar."

Gallan tersenyum getir. "Tumben pulang jam tiga pagi? Kan biasanya jam sebelas malem Bun."

"Butik lagi kedatangan banyak barang, Ala. Bunda harus bantu-bantu sampai selesai."

"Maafin Ala ya Bun, karena Ala Bunda jadi repot."

Sejak tiga bulan yang lalu, semenjak Papa Gallan menceraikan Bunda, keluarga Gallan tak sebahagia dulu. Papa hanya memberi kebutuhan makan. Sedangkan Bunda harus rela kerja di toko butik milik temannya demi memehuni biaya kuliah Gallan serta pengobatan sang anak.

Bunda sudah memohon agar mantan suaminya memberi uang lebih untuk cuci darah Gallan. Tapi sial, istri barunya melarang itu semua.

"Ala harus sembuh ya, jangan tinggalin Bunda."

"Gallan usahakan Bun, demi Bunda dan Asya."

Kalau di bilang mau apa, Gallan ingin berhenti kuliah dan membantu Bunda bekerja, ia ingin sukses. Dan Gallan bersikukuh mempunyai niat balas dendam terhadap Aya.

🍹🍹🍹

"Asyaa ..."

"Asyafa, tunggu ih!"

Lelaki beralmamater dengan postur badan tinggi dan gagah itu berlari mengejar perempuan yang ada di ujung depan jalan, dia tengah jalan santai seraya kepala di goyangkan perlahan. Ia tau bahwa Asya sedang mendengarkan alunan musik yang terputar sampai tak mendengar seruan Atlas.

Di tepuknya pelan bahu Asya hingga perempuan cantik itu menoleh terkesiap dan mendelik.

"Lah? Kak Atlas ngangetin aja, asal tepok-tepok aja minimal panggil dulu!" Asya menggerutu.

Presiden kampus itu malah terkekeh lalu tangan ia menarik erphone yang tersumpal pada telinga Asya membuat si perempuan nyengir tak berdosa.

"Jadi siapa yang salah, hm?"

"Asyaa," aku perempuan yang berdiri sebelahan dengan Atlas.

Lelaki itu mangut-mangut, Atlas agak menengok kanan-kiri. Lalu berujar. "Lo ada kelas sepagi ini?"

GALLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang