22- Bertingkah Aneh

505 18 6
                                    

°°°
Cukup menyiksa dengan celotehan dari pada pergi tanpa kabar. Karena rindu akan terasa cepat mematikan.

°°°

Jam 10.00 pagi perempuan yang memakai cardigan rajut berwarna putih itu sudah sampai di kampus dan sekarang ia jalan sendiri di area lobi utama.

Ia merapihkan rambut seraya langkah kakinya memelan lalu berhenti karena di hadapannya sudah ada lelaki yang berdiri tegak dengan tatapan tajam.

"Gallan?" Asya menyapa cowok yang mengenakan celana chino hitam itu. Gallan masih membisu dengan mata lurus menatap Asya tajam.

Asya kikuk, ia meringis. Perempuan yang tiga hari menghilang bak di telan bumi itu tarik napas panjang lalu di hembuskan perlahan.

"Kenapa liatin Asya begitu?"

Gallan jalan mendekat, cowok itu bertindak impulsif memeluk tubuh Asya sampai sang empu terhuyung karena mendapat pelukan mendadak.

"Ga-Gallan, kenapa?"

Asya terdiam kaku. Semua badan dia menegang terkejut. Baru datang sudah dapat rezeki nomplok karena di kekep Gallan. Perasaan Asya meledak sampai ke ujung dunia. Bulu kuduknya meremang sampai terasa mengerikan karena tindakan Gallan.

"Lo kemana aja?!"

"Le-lepasin dulu, Asya seneng, tapi gak bisa napas."

Pelukkan itu mengendur dan terlepas. Pipi Asya merah merona. Ia malu, entah ada apa dengan Gallan yang jelas Asya senang. Beruntung lobi sangat sepi nyaris tak berpenghuni. Jadi tak ada yang lihat adegan pelukkan mereka.

"Lo masih marah sama gue?"

Niat Gallan yang mau datang sore ini ke rumah Asya batal karena ia sudah ketemu sekarang.

Menggeleng, Asya menyengir. "Enggak, kok, Asya udah maafin Gallan."

"Terus kemana tiga hari kemarin?"

"Emang, tiga hari ya, Asya gak masuk?"

Berdecak, Gallan memutar bola mata kesal. "Jangan bego!"

"Mmm, lagian bukan urusan Gallan, kamu bukan siapa-siapa aku, jadi gak harus menjelaskan atau menuntut Asya kasih penjelasan."

"Anjing," umpat Gallan frustrasi. "Gue nggak suka lo hilang-hilang begitu."

"Masalah ya?" Asya menatap penuh Gallan. "Itu maunya Gallan, kenapa harus enggak suka. Kamu kadang aneh banget. Asya sampai gak ngerti."

"Bisa enggak sih, lu jangan ngejawab terus. Gue tau ko, lu caper biar gue cariin kan?"

Perempuan itu berdecak kecil. "Enggak, Asya gak caper. Udah banyak yang perhatian sama Asya. Kalau cuma perhatian Gallan, Asya gak butuh juga."

"Jangan ngomong gitu!" Gallan sewot. "Lo harus konsisten! Kalau suka gue, jangan sok pura-pura gak butuh."

"Tapi bene—"

"Bacot, udah ayo!" Gallan memotong, ia menarik pelan lengan Asya sampai perempuan itu terheran.

"Mau kemana? Asya mau masuk kelas."

"Enggak ada kelas, gue bakalan teraktir lo makan di kantin. Sesuai janji waktu itu."

🍹🍹🍹

Gallan diam memperhatikan Asya yang sedang makan chicken katsu dengan telaten. Ia agak aneh karena Asya–perempuan penggila es itu justru memesan milo panas.

"Tumben lo ga minum es?"

"Enggak apa-apa, Asya lagi gak mau aja."

Perempuan itu menyuap terakhir potongan ayam berbalut tepung panir. Ia senang dan wajahnya berseri-seri. Di raihnya segelas susu tersebut dan ia minum sampai habis.

GALLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang