10- Leo Mesum

396 15 1
                                    

°°°
Mungkin jika hanya di jadikan teman dekat lebih dari cukup, di banding setiap ada di anggap tidak terlihat.

°°°

UAS mata kuliah terakhir telah selesai. Mereka lega karena setelah ini akan ada libur lumayan panjang dan ketika masuk mereka naik satu tingkat semester.

Di belakang kampus, tepatnya di bawah pohon besar Gallan dan Aya menikmati semilir angin sore sebelum nantinya pulang. Kedua manusia itu sedang menunggu Leo yang pergi membeli minum dan makanan.

Membuka room chat, Gallan mengirim pesan pada Bunda sekadar memberitahukan bahwa ia mendapatkan IPK 4 sempurna.

Usaha Gallan yang ambis tidak sia-sia.

Gallan :
Bun, Ala dapet IPK 4.
Keren kan anak Bunda?
Jangan lupa masakin Ala yang enak.

Pesan itu terkirim dan belum di baca.

"Gal," Aya berseru. Tentu Gallan menoleh.

"Kenapa?"

"Aku ngantuk," perempuan yang duduk bersebelahan dengan Gallan itu menyendarkan kepala di bahu Gallan.

"Mau pulang sekarang aja?"

"Aku masih mau di kampus. Anginnya enak."

Gallan hanya mengangguk, mata dia lurus memperhatikan sosok cowok pemilik lesung pipi di ujung parkiran yang baru sampai bersama anggota BEM lainnya.

Ia mengamati Atlas yang begitu antusias entah memberikan masukkan apa kepada anggotanya yang lambat laun pergi menuju ruang ORMAWA (organisasi mahasiswa)

Dalam hidup Gallan, ia tak pernah minat menjadi pimpinan Universitas apalagi masuk himpunan BEM. Gallan akan fokus pada hidupnya sendiri.

Tanpa mau melibatkan banyak orang.

"Kamu ngeliatin Kak Atlas sebegitunya, Gal. Seru ya liat dia sibuk banget gitu?"

"Nggak seru. Gue pun ga tertarik." Gallan menyahut ujaran Aya.

"Lagipun, kalo kamu tertarik nggak akan mampu."

"Kenapa ga mampu? Gallan ganteng dan pinter, siapa yang ga milih Gallan kalo misal nyalon presma waktu itu?" Asya menyerobot menimpali perbincangan mereka.

Perempuan pemilik rambut pendek bervolume itu asal duduk dengan es buah di tangannya. Ia nyengir melihat Gallan yang tengah tajam menatapnya. Sebenarnya Asya bete tadi karena sekilas melihat Aya bersandar pada Gallan. Cuman ya sudah, Asya takut kalau protes.

"Ngapain lo ke sini?" cetus Gallan.

"Di ajak Leo, dong."

Sang pemilik nama yang di sebut menengok cepat sambil cengengesan. Ia menyerahkan pesanan Gallan dan Aya sambil berucap.

"Kasian Asya sendiri di kantin. Si Sersi kaga tau kemana tuh bocah."

"Lo gue suruh beli minum sama jajan, Le. Bukan bawa hama ke sini."

"Ih!" Asya menyambar. "Gallan bilang Asya hama? Jahat banget sih jadi cowok. Mulutnya lemes, kaya gak di didik. Padahal Bunda Gallan baik banget."

"Ga usah bawa-bawa Bunda gue!"

"Kenapa? Bunda Gallan kan, Bunda Asya juga."

"Bunda Leo jugaaaa," cowok absurd itu ikut-ikutan.

"Apaan sih, ga mau!" tolak Gallan.

Aya berdeham, perempuan itu hanya terkekeh saja. Ia melirik Asya dan bertanya. "Sya, IPK kamu berapa?"

GALLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang