5-Tragedi Jus Pisang

431 14 0
                                    

°°°
Aku kenapa-kenapa pun tetap gapapa kalau menyangkut semua tentang kamu.

°°°

Hari ini ada dua mata kuliah, kelas pertama telah selesai tepat pukul 14.15. Dan kelas selanjutnya akan di mulai kala jam menunjukan pukul 16.00. Agak sore memang, namun ada jeda lumayan di setiap matakuliah guna bisa beristirahat sebentar.

Gallan baru selesai dari kamar mandi, wajah cowok itu telah terbasuh air agar tidak mengantuk. Ia menyisir rambutnya dengan jari-jari tangan, dia melihat wajah di layar ponsel lalu hendak masuk kembali ke dalam kelas.

"Sialan," Gallan langsung mengumpat kala melihat perempuan dengan senyum lebar tengah duduk tepat dimana Gallan menaruh tas.

Celingak-celinguk, Gallan baru sadar hanya mereka berdua di dalam kelas, baik Aya, Leo ataupun anak-anak lainnya belum juga kembali.

"Pergi," Gallan mengusir secara terang-terangan.

Asya berdiri, tangan dengan jari lentik perempuan itu terulur, memberikan segelas jus pisang yang sangat dingin dan manis untuk Gallan.

"Ini Gallan, tadi Asya beli di kantin. Cuma buat Gallan, sampai antri lima menit."

"Gue nggak suka es, lo budek? Berapa kali gue bilang kalau gue nggak minum es."

Hela napas Asya terdengar berat. "Ini jus Gallan, bukan es. Buah asli dan sehat."

"Lo beneran anjing, Sya." Gallan menyetus. "Gue nggak suka semua jenis es!"

Asya mengangguk. "Yauda," ia meraih tangan Gallan dengan berani. "Gallan minumnya nanti, tunggu sampai nggak dingin aja ya, ini."

"Setan!" lelaki itu menyentak jus yang di berikan Asya sampai tumpah berserak dan menciprat mengenai wajah serta baju Asya.

Tertegun. Asya menunduk melihat jus yang ia beli tumpah menyiram lantai. Pandangan Asya menatap Gallan dengan mata yang memerah seraya tangannya membersihkan sisa jus yang menempel di wajah.

"Maaf Gallan."

Lelaki tinggi nan tegap itu terdiam. Agak terkejut dengan respons Asya yang di luar pikirannya.

"Lo gila, Sya?" itu Leo yang menyahut. "Gue liat Gallan yang lempar itu jus, kenapa lo yang minta maaf?" terang Leo seraya melirik sinis pada Gallan.

Asya terkekeh getir, wajahnya sangat nelangsa. Mati-matian perempuan itu tak menangis. Ia melirik Gallan sekilas lalu pergi meninggalkan kelas.

Leo geleng-geleng, menepuk bahu Gallan dengan perasaan kesal. "Lu cowok, Lan. Lu punya otak. Lu pinter. Cuma sayang, perbuatan lu lebih dari setan."

"Le—"

"Apa?!" Leo menyela sebelum Gallan berucap. "Udah gede, Lan. Minimal kalo lu gak mau itu minuman, ambil aja terus buang. Gak harus lo lempar sampe kena muka dan baju Asya."

"Gue gak sengaja."

"Bukan ga sengaja. Adab lo yang harus di pertanyakan. Gallan Ikraris Alputra."

🍹🍹🍹

Sudah tahu akan selalu seperti ini tetapi Asya masih saja menyukai Gallan. Sudah tahu akan sakit tetap saja Asya akan kejar. Definisi tolol mungkin sudah tak cocok lagi untuk Asya. Perempuan itu memang terlalu gila terhadap seorang Gallan.

Kelas terakhir akan di mulai dua menit lagi dan Asya malah duduk sendiri di ruang samping serba guna. Perempuan itu menangis, hatinya sesak tak tertahan. Biasanya Asya akan selalu kuat mental menghadapi Gallan, tapi kali ini, jantung Asya seperti tertancap duri tajam.

GALLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang