13- Beach

353 10 0
                                    

°°°
Kita bersama, tapi tidak dengan perasaan yang sama.

°°°

Rencana berlibur mereka berhasil. Kelima pemuda itu akhirnya sampai di pantai tujuan mereka tepat pukul sepuluh pagi. Beruntung pantai yang mereka datangi tidak begitu ramai.

Asya memaksakan moodnya agar selalu baik dan senang. Padahal Asya sedih kala sepanjang perjalanan Aya tertidur di bahu Gallan. Asya menyesal duduk di bangku belakang, niat sampingan dengan Gallan tetapi ia justru malah melihat perhatian penuh Gallan pada Aya.

Mereka sudah turun dari dalam mobil, Asya menenteng tas ranselnya. Sersi dan Leo sudah lari menuju vila karena mau buru-buru rebahan. Dan lagi, Asya melihat Gallan membawakan semua barang Aya.

Menghela napas letih, Asya memilih jalan lebih dulu tanpa berbicara sepatah kata. Hal itu di sadari Gallan dan Aya yang masih diam dekat mobil.

"Gal, kayanya, Asya enggak suka aku ikut deh."

"Jangan di pikirin."

Di vila yang Gallan sewa ada dua kamar. Satu kamar untuk para perempuan dan satunya lagi untuk ia dan Leo. Gallan menyewa vila atas rekomendasi Bunda. Vila yang bersih, nyaman dan bagus.

"Asyaaa, gue punya es kepala dong." Leo pamer segelas es kelapa gula merah pada Asya, karena ia dan Sersi baru beli. Kebetulan di ujung vila ada yang jual.

Asya yang keluar dari dalam kamar karena habis menaruh tas langsung menjerit.

"IH LEO! KO GA BILANG KALO BELI ES!"

Leo cekikikan, cowok itu mengangkat tangan satu lagi yang dari tadi di kebelakangkan.

"Ini, ada dong. Gue beliin buat lo juga."

"Le, udah gue bilang, Asya jangan banyak minum es. Bang Arsha yang pesen ke gue." Sersi sebal pada Leo.

"Gapapa, Sersi. Es kepala itu sehat," Asya tanpa beban menerimanya dan segera ia minum.

"Kenapa aku enggak di beliin?" perempuan bersurai panjang dengan badan kecil itu menatap Leo.

"Eh?" Leo kikuk, ia menggaruk tengkuk bingung. "Gue pikir lo jarang minum es, Ay. Gue keinget Asya aja yang suka banget sama es-esan."

"Kamu pilih kasih, Le. Kan aku temen kamu juga. Kamu jahat bedain aku sama Asya."

Sersi menghela napas. Entah perasaannya saja atau gimana, ia merasa Aya bersikap menyebalkan ketika Asya dapat perhatian lebih dari sekitar.

"Ay, lo mau es juga? Ini punya gue aja."

"Enggak mau bekas. Aku mau yang baru kaya Leo kasih ke Asya. Biar adil."

Aya melirik Gallan yang anteng duduk seraya menukar-nukar saluran tivi. Gallan yang melihat wajah Aya langsung mengangguk paham.

"Tunggu, gue beliin yang baru."

Aya tersenyum. "Makasi, Gal. Aku tunggu di sini ya, kaki aku pegel."

"Iya."

Asya lari kala Gallan sudah keluar vila, perempuan itu cepat-cepat mengganti sandal jepit dan mengejar Gallan yang sudah di ujung pantai. Meskipun Sersi teriak melarang Asya ikut Gallan, ia tetap mengejar cowok itu.

"Gal tungguin Asyaaaaa."

🍹🍹🍹

"Gue enggak minta lo buat ikut." Gallan langsung menembakkan kalimat sarkastis pada Asya yang duduk menunggu Gallan di kursi kayu.

GALLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang