°°°
Ternyata, yang hanya dapat di percaya, hanya diri sendiri. Selebihnya manusia penipu.°°°
"Asyaaa,"
Perempuan yang baru sampai kampus itu berhenti melangkah, ia memutar badan penuh pada seruan yang memanggil namanya.
"Kenapa?" ia bertanya langsung pada Aya maksud menyerukan dirinya.
"Aku mau ajak kamu minum kopi dulu, mau ga? Anggap aja permintaan maaf aku yang kemarin-kemarin."
Asya tak langsung mengiakan, ia pikir panjang dulu, Asya menggusah napas. Ia takut maaf Aya tidak tulus. Melirik jam di pergelangan Asya menggeleng.
"Enggak deh, Ay. Asya mau masuk kelas aja."
"Masih pagi Asya, apa kamu ga percaya ya sama aku?" Aya manyun sedih.
"Aku sadar ko, aku nyebelin, Gallan juga udah tegur aku. Makanya aku mau minta maaf banget sama kamu. Kalo emang ga mau juga gapapa kok, Sya."
"Yaudah, Asya mau."
Aya girang, ia menarik tangan Asya untuk meminum kopi di luar kampus. Dua perempuan itu sudah berdiri depan jalan raya, mereka hendak menyebrang. Asya anteng berdiri menunggu kendaraan sepi. Namun Aya berujar.
"Syaa,"
"Iya, kenapa?"
"Kamu bilang, Gallan udah suka kamu ya? Tapi apa kamu mau coba?"
Kening Asya mengernyit. "Coba apa?"
"Aku tetep prioritas Gallan atau bukan, dia tetep suka kamu atau nggak."
"Maksudnya?" Asya makin bingung.
"Dengan cara ini."
Brak.
"AYAAAA!"
Jantung Asya mencelos dengan badan gemetar mau pingsan. Ia panik dan takut melihat aksi gila Aya yang menabrakan dirinya sendiri tatkala mobil melaju kencang sekali. Perempuan berbadan mungil itu terpental hebat sampai membuat kemacetan mendadak.
"AAAAAA .... TOLONGGGGG, ADA KECELAKAAN," Bia yang jadi saksi teriak kencang sekali sampai Leo yang baru sampai gerbang buru-buru datang.
"Siapa korbannya?" Gallan datang karena banyak kerumunan. Atensi ia tersita.
"Aya!" pekik Bia.
"Hah?" Leo kaget.
"ASYA PELAKUNYA! DIA DORONG AYA PAS MAU NYEBRANG. GUE LIAT SENDIRI!"
🍹🍹🍹
Mereka; Gallan, Leo, Sersi, Asya, dan Bia terpaksa bolos dan meninggalkan kelas demi menunggu kabar baik Aya yang saat ini sedang di tangani dokter dalam ruang UGD.
Badan Asya lemas semua, ia duduk ketakutan di samping Gallan yang di mana cowok itu hanya diam saja.
"Ini semua gara-gara lo! Gue nggak nyangka lo sejahat ini, Sya. Gue kira lo polos dan baik, ternyata bangsat banget." Bia menghardik Asya sampai perempuan itu tersentak.
"Sersii," Asya ketakutan, ia menghampiri sahabatnya itu yang duduk samping Leo. "Bukan salah Asya."
Sersi membuang napas gusar. "Sya, gue nggak nyangka lo senekat ini. Gue tau lo kesel sama Aya. Tapi cara lo salah, Sya. Nyawa orang taruhannya. Lo ga mikir ya?"
"Sersi," Asya hampir menangis karena sahabatnya juga tak percaya. "Sersi ga percaya sama Asya?"
"Kak Bia saksinya, Sya. Ada saksi di sini." Leo menyahut kecewa. "Gue juga kesel ko sama Aya, tapi nggak harus buat dia celaka."
KAMU SEDANG MEMBACA
GALLAN
Teen Fiction~Sebuah awal dan akhir yang akan membawa semua peristiwa pahit di dalamnya~ [Romance-Comedy-Fiksi ] _____________________________ "Aku salah Gal, pelukan kamu waktu itu, cuma pelukan tanpa rasa, dan begonya aku berharap kamu mulai suka. Padahal jela...