°°°
Terlalu munafik kalau harus bilang tidak dengan semua perasaan yang nyata.°°°
"Perpisahan memang berat, tapi yang lebih berat menahan kentut di depan banyak orang. Cukup sekian persentasi dari kami. Mohon maaf kalau ada kekurangan, karena kelebihan ada di Sersi Ananta."
Setelah kelompok Asya, sekarang kelompok Leo yang terakhir mempersentasikan materi pada perkuliahan hari ini. Cowok absurd itu sebelum kembali duduk ia sempat bersalaman pada Dosen berjas hitam yang sudah keluar dari dalam kelas.
"Closing lo jelek!" Sersi menyambar. "Apa sih bawa-bawa nama gue?"
Leo sontak cengengesan. Ia menggaruk tengkuk malu. "Maaf, Serrrr. Enggak apa-apa tau bawa-bawa nama lu. Kalau mau bawa anak nanti ya? Kita bikin dulu."
Sersi melotot. "Dih, najis. Siapa juga yang mau nikah sama lu!"
"Leo! Leo mau banget nikah sama Sersiiii."
"Uwek," Sersi hiperbola seakan mau muntah. Di sela-sela mereka ribut. Perempuan berambut pendek bergelombang, berjepit pita biru itu duduk sendiri di kursi paling ujung.
Dari beres persentasi Asya tak banyak omong, gadis itu bahkan tak mengoceh banyak pada Gallan. Asya hanya memaparkan materi bersama Gallan dan setelah selesai ia memilih duduk sendirian.
Diamnya Asya menyita atensi Gallan. Cowok yang duduk bersama Aya itu menghentikan aktivitas makan buahnya membuat Aya berdecak kecil dan terkejut karena Gallan mendekati Asya.
"Ih Gallan! Kamu ngapain ke Asya?" perempuan imut itu mendecak kesal.
Cowok yang kadang asal celetuk itu duduk di sebelah Asya. Ia berdeham membuat Asya terkesiap sedikit karena ia anteng melamun.
"Lo kenapa?"
Asya terdiam dulu. Ia mengedip dua kali karena Gallan baru saja memberikan notice kepadanya. Pertanyaan Gallan membuat perasaan Asya melebar sampai ujung samudra. Ia senyum lalu menggeleng.
"Asya enggak apa-apa, Gal."
"Cih, cewek banget jawaban lo!"
"Asya kan emang cewek. Lagian apa peduli Gallan?"
"Lo udah ga suka sama gue?"
Alis Asya bertaut lalu mengulum senyum. "Gallan udah suka ya sama Asya?"
"Apaan sih, lo aneh, kalo suka ya tunjukin terus."
"Maunya Gallan apa sih? Asya kejar-kejar Gallan marah, Asya diem jadi salah."
Cowok itu tak menggubris, Gallan malah memberikan sebotol jus pisang campur buah naga membuat senyum Asya makin lebar.
"Ih Gallan baik banget. Ini buat Asya?"
"Dari Bunda." Cowok itu menyahut. "Bunda tau lo suka es esan, ini Bunda buat sebelum gue ke kampus. Es versi sehat."
Asya terima dengan hati berbunga-bunga. Perempuan itu menyimpulkan bahwa Gallan perhatian. Ini tidak seperti Gallan. Biasanya cowok itu sangat anti berintetaksi dengan Asya. Tapi akhir-akhir ini Gallan jadi sering membuka pembicaraan.
Seraya Asya meneguk jus tersebut ia terus menilik wajah Gallan. Cowok ini beneran ganteng sekali sampai setiap inci pahatannya bak seperti pangeran. Asya membayangkan betapa bahagia dirinya kalau menjadi kekasih Gallan.
"Enak, Asya suka. Besok buatkan lagi, ya."
Gallan lantas mendelik. "Ga tau diri, beli aja kalau mau lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
GALLAN
Teen Fiction~Sebuah awal dan akhir yang akan membawa semua peristiwa pahit di dalamnya~ [Romance-Comedy-Fiksi ] _____________________________ "Aku salah Gal, pelukan kamu waktu itu, cuma pelukan tanpa rasa, dan begonya aku berharap kamu mulai suka. Padahal jela...