7- Harapan palsu

416 14 1
                                    

°°°
Jika mencintaimu adalah sebuah ilusi, maka izinkan aku untuk berimajinasi selamanya.

°°°

"Sekian kelas dari saya, kita bertemu lagi di minggu depan. Persiapkan diri untuk UAS."

Kalimat penutup dari Dosen menjadikan semua mahasiswa/mahasiswi bergegas keluar kelas. Penat di kepala mereka membuat stres karena belajar 3 sks tanpa jeda.

"Sok pusing lo," Leo menarik rambut Sersi yang sontak membuat perempuan itu tersentak emosi.

"Heh setan! Sini lo."

Mendelik, Leo terkekeh lalu lari keluar kelas. Ia kan hanya niat bercanda mengapa respons Sersi menyeramkan sekali.

"LEO GUE TENDANG LO YA!"

"KABORRR," lelaki itu teriak di luar kelas. Dan di kejar Sersi. Terciptalah adegan kejar-kejaran di sepanjang koridor.

Gallan sudah keluar kelas, di ikuti Asya dari belakang seperti anak ayam pada induknya. Menghentikan kaki, Gallan membalik badan membuat Asya tertawa malu.

"Ngapain ngikutin gue?"

"Gallan mau kemana?"

"Penting buat gue jawab?"

"Gal, kenapa sih gitu banget ke Asya. Tinggal jawab mau kemana aja berat banget."

Menghela napas, Gallan berucap. "Ke kantin."

"Asya mau ikut. Boleh nggak? Asya juga laper. Nanti Asya yang bayar deh."

"Yaudah ikut."

Mata Asya berbinar, senyumnya mengembang sempurna. Pupil mata perempuan itu memancarkan kesenangan yang luar biasa.

"Seriusan Gallan? Beneran Asya boleh ikut makan bareng?"

"Iya, tapi lo cariin gue buku penelitian atau karya tulis tentang siren atau mermaid. Di perpustakaan jurusan aja."

Perempuan itu mengangguk cepat dan sangat semangat. "Okei. Gallan duluan aja sana ke kantin, nanti Asya nyusul dengan buku yang Gallan mau."

"Iya."

🍹🍹🍹

Kantin begitu ramai. Seperti lautan manusia yang membuat pusing kepala. Panas dan engap membuat hawa sekitar kurang enak. Sebuah susu coklat hangat baru saja datang untuk lelaki yang memakai kemeja dongker berlengan pendek.

"Makasi, Bu."

"Idi Ala minum cucu," Leo berkelakar membuat Gallan berdecak malu dan menggeplak kepala cowok itu.

"Bego, apasih kaya gitu, Le. Yang boleh manggil Ala cuma nyokap gue aja ya!" tukas Gallan.

"Aku kan papamu, Gal. Yang sopan sama Papa ya."

"Gue siram pake susu panas mau?!"

Leo cekikikan, pandangan mata cowok itu mengedar. Menemukan Sersi di ujung meja mengarah menghadap gedung fakultas Hukum seorang diri dengan batagor yang menjadi pendamping.

"Asya mana ya?" celetuk Leo.

"Aya lagi ke kamar mandi."

"Asya, Gal. Bukan Aya."

"Ngapain lo nyariin dia?"

"Kenapa? Lu cemburu?" sindir Leo.

"Najis." Gallan bergidik. "Dia di perpus jurusan."

Leo menoleh cepat pada Gallan seraya mengunyah makanan ringan. "Tau aja lu? Ngikutin Asya ya! Kan ketauan lo suka Asya juga."

"Apaan si anjing," Gallan jengah karena Leo merembet kemana-mana. "Gue yang nyuruh dia ke perpus. Nyari karya tulis siren dan mermaid."

GALLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang