°°°
Gapapa, besok coba lagi. Faktanya mencoba memberikan luka baru°°°
Meja makan rumah Gallan di penuhi teman-temannya; Aya, Leo, Asya dan ada Bunda juga sudah bergabung. Menu yang Bunda masak benar-benar mengguncangkan lidah karena rasanya yang sangat enak.
Leo duduk bersebelahan dengan Asya. Cowok itu sudah melahap tiga ayam goreng bumbu rempah dengan girang membuat Gallan mencetus kejam.
"Lo kelaparan banget Le? Pantes badan lu kurus. Jarang makan ya?"
Bunda menegur sang anak. "Ala, ga bole ngomong begitu."
"Gapapa, Bun. Gallan mah kalo ngomong pedes udah biasa. Leo aman aza, yang penting makan gratis."
"Kamu nggak kekenyangan, Le?" Aya menyahut seraya meneguk segelas air.
"Belum. Masakkan Bunda sayang kalo terlewatkan."
Bunda senang melihatnya. Wanita itu melirik Asya. Mengerutkan kening, Bunda agak heran mengapa Asya tak makan nasi. Perempuan cantik itu hanya makan sup ayam dan selada yang di lipat-lipat.
"Asya ...," perempuan itu menengok. "Masakkan Bunda nggak enak ya?"
"Nggak Bun," Asya menyangkal pikiran Bunda. "Ini enak banget, Asya suka."
"Terus kenapa kamu nggak makan nasi atau yang lain, Sya?" Aya menimbrung.
"Kamu nggak suka sama semua menu yang Bunda masak?" kata Aya membuat Asya menggeleng cepat.
"Kenapa berpikir begitu? Asya suka sup Bunda. Tapi Asya lagi gak pengin makan nasi. Kepala Asya pusing, mual kalo di paksain banyak makan."
Bunda agak cemas. "Asya sakit?"
"Nggak Bunda. Asya kebanyakan tidur. Asya tidur dari pagi sampe sore. Terus baru inget Bunda ngundang makan sama-sama, jadi buru-buru."
Leo malah mangut-mangut. Cowok itu mencomoti cumi goreng lalu di taruh di atas selada dan ia gulung dan terbang ke dalam mulut.
"Uwek,"
Mendengar itu Gallan menyeletuk.
"Ngapa lo? Hamil?"
"Hamil sama bapa lo?" Leo asal.
"Bun, denger Leo ngomong apa tuh!" Gallan mengadu.
"Lagian asal ceplos aja lu, Gal. Gue enek makan selada. Pait. Sayuran nggak enak ewh."
"Ngapain kamu makan Le?" Aya bingung sendiri.
"Gue liat Asya dari tadi nyomotin selada. Gue kepo, eh kaga enak anjir."
Gallan beralih melirik Asya. "Lo beneran makan gitu doang?"
"Iya Gallan. Asya kenyang."
"Emang ga bisa ngehargain Bunda lo ya?"
"Ala," Bunda tidak enak hati.
"Tapi perut Asya ga bisa Gal."
"Ga usah alesan si. Ngomong aja kalo emang ga enak. Minimal lo mikir."
"Ala, udah." Bunda marah. "Asya, kamu suka es 'kan? mending kamu ke dapur buat minuman dingin. Sekalian bikin banyak buat Leo, Ala, Bunda sama Aya."
"Beneran Bun?" Asya senang dan langsung berdiri. Anggukkan Bunda membuat perempuan itu pergi menuju dapur.
"Aya, Bunda minta tolong ambilkan puding mangga di kulkas. Sekalian kamu temenin Asya."
Aya tersenyum lalu menurut.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALLAN
Teen Fiction~Sebuah awal dan akhir yang akan membawa semua peristiwa pahit di dalamnya~ [Romance-Comedy-Fiksi ] _____________________________ "Aku salah Gal, pelukan kamu waktu itu, cuma pelukan tanpa rasa, dan begonya aku berharap kamu mulai suka. Padahal jela...