°°°
Jika di ibaratkan, kamu adalah peran antagonis yang berhasil menjadi favorit dalam hidupku. Menikmati setiap luka karena jatuh cinta.°°°
Suara ketukkan pintu dan bel secara bersamaan sontak membuat perempuan yang sejak satu jam duduk di meja belajar menghentikan aktivitasnya.
Asya menutup botol kapsul berbahan kaca setelah memasukkan gulungan kertas berwarna biru. Lalu berdiri dan keluar kamar dengan setelan santai ala rumahnya.
"Ih, Kak Atlas?" Asya bingung kala membuka pintu justru lelaki berlesung pipi yang muncul. Ia kira Arsha yang sejak pagi hingga sore begini belum juga pulang.
"Kenapa hm? Lo kaget ya gue yang dateng?"
Asya mengangguk polos.
Atlas terkekeh seraya mengangkat tangan karena dia sudah menenteng makanan untuk Asya.
"Ini, lo mau ini 'kan?"
"Apa?" Asya terheran. "Perasaan Asya enggak minta apa-apa sama Kak Atlas, deh."
"Iya, gue cuma abis liat status wa lo, katanya bm martabak kacang. Kebetulan gue habis rapat, jadi sekalian aja."
"Eh?" mata Asya membulat. Seraya berjalan masuk dan mempersilahkan Atlas duduk, Asya malah tersipu malu. Bisa-bisanya Atlas peka hanya karena statusnya.
Perempuan itu duduk di sebelah Atlas usai membuatkan dua gelas es jeruk dan martabak yang sudah tersusun di atas piring.
Sensasi manis dan lembut masuk ke dalam mulut Asya sejak gigitan pertama ia makan. Perempuan itu menyodorkan sepotong martabak pada Atlas.
"Ini, makan juga. Masa Kaka yang beli malah enggak makan."
"Iya."
Atlas memandangi wajah Asya beberapa detik. Menatap Asya itu candu karena adem sekali. Asya memiliki positif vibes dan seru menjadi teman berbincang.
"Sya, Kakak lo kemana?"
"Enggak tau," Asya menikmati sekali martabak kacang, apalagi susu kental manisnya banyak dan di tambah minum es. Ia bahagia.
"Pagi sih, bilangnya mau main ke rumah temen lama. Cuma sampe sore begini belum pulang. Bang Arsha tega ya ninggalin Asya sendiri."
"Lo gabut ya, Sya? Udah libur semester di rumah aja. Makanya ikut organisasi. Ayo masuk BEM."
"Enggak mau Pak Presiden."
Suara ketukkan pintu kembali terdengar untuk yang kedua kali. Asya tersenyum, ia yakin itu sang Kakak. Buru-buru Asya membuka pintu dan matanya membulat sempurna karena terkejut.
"Gallan?"
"Adek ih!" Arsha protes. "Harusnya Adek sebut nama Abang dulu."
Asya mingkem karena malu kalau senyum lebar. Ia berdeham lalu berujar.
"Kok bisa Bang Arsha sama Gallan?"
"Bisa. Udah hayu masuk."
Asya mematung kala Gallan betulan jalan ke dalam rumahnya. Asya enggak tau ini hoki atau apa karena tamu impian selama ini akhirnya datang.
"Astaga ... tamu impian Asya sejak zaman purba akhirnya mampir!"
🍹🍹🍹
Cowok yang mengendarai motor besar dari jarak lima meter itu memincingkan mata, melihat lelaki di ujung trotoar tengah mendumel dan menendang-nendang motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALLAN
Teen Fiction~Sebuah awal dan akhir yang akan membawa semua peristiwa pahit di dalamnya~ [Romance-Comedy-Fiksi ] _____________________________ "Aku salah Gal, pelukan kamu waktu itu, cuma pelukan tanpa rasa, dan begonya aku berharap kamu mulai suka. Padahal jela...